12 Nov 2012
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) menyatakan penipisan hutan-hutan tropis, tingginya angka konflik agraria dan penggusuran masyarakat lokal tak bisa dipisahkan dengan ekspansi perkebunan kelapa sawit skala besar dengan cepat.
Menurut lembaga itu, sedikitnya 16 juta hektar perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara terlibat konflik agraria dalam melakukan 80% perluasan lahan selama 15 tahun terakhir.
"Melonjaknya permintaan minyak sawit mentah secara global, mendorong penyerobotan lahan di negara-negara berkembang, terutama di mana tanah yang cocok untuk tanaman kelapa sawit seperti Asia Tenggara," tulis situs resmi Elsam, Sabtu, (10/11).
Elsam, mengutip data Marcus Colchester pada 2011, menerangkan Indonesia memiliki luas perkebunan terbesar yakni mencapai 9,4 juta hektar pada akhir tahun lalu.
Peringkat itu disusul masing-masing oleh Malaysia (4,6 juta ha), Papua New Guinea (0,5 juta ha), Thailand (644.000 ha). Kamboja (118.000 ha), Filipina (46.608 ha) dan Vietnam (650 ha).
Organisasi pemantau HAM itu menyatakan negara-negara di Asia Tenggara tengah bersaing untuk memperluas perkebunan kelapa sawit dalam 15 tahun terakhir seiring dengan meningkatnya agrofuel.
Namun, peningkatan kegiatan tadi menyebabkan dampak besar terhadap masyarakat lokal, hutan, dan perubahan penggunaan lahan secara massif.
"Masalah ini bukan hanya tanggung jawab masyarakat sipil di negara-negara di mana 'gurun hijau' dibuat, tetapi merupakan tanggung jawab global, baik masyarakat sipil di negara-negara maju maupun berkembang," demikian Elsam.
Oleh karena itu, lembaga tersebut menilai respon kritis dari kalangan masyarakat sipil masih diperlakukan buruk oleh pemerintah dan perusahaan. (if)
Oleh : Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam)Sumber : bisnis.comhttp://www.bisnis.com/articles/lahan-sawit-7-negara-asteng-terlibat-konflik-agraria
Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330
(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)
PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara
© Inacom. All Rights Reserved.