Berita Terbaru

17 Jan 2007

RI butuh gula impor 200.000 ton

RI butuh gula impor 200.000 ton


Sementara stok gula awal tahun ditambah impor 200.000 ton diproyeksikan cukup memenuhi kebutuhan dua-tiga bulan ke depan atau sampai sekitar April.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan musim kering yang relatif panjang pada tahun lalu menyebabkan masa giling terlambat sekitar satu bulan, sehingga perlu rapat interdep untuk mengamankan stok dan kestabilan harga.  

"Opsi-opsi yang dilakukan adalah tambahan impor sebelum musim giling pada Mei dan mulai Juni akan kembali pengadaan gula dari dalam negeri," katanya di Surabaya, kemarin.

Mendag menuturkan hal itu seusai rapat dengan pemangku kepentingan industri pergulaan nasional.  

Sedianya rapat di Kota Pahlawan itu juga membicarakan tentang kemungkinan program stabilisasi harga melalui operasi pasar.

Namun, keputusan OP dan opsi impor gula sebelum Mei--termasuk usulan impor raw sugar oleh perusahaan gula untuk memanfaatkan idle capacity-itu akan Mendag ajukan ke rapat koordinasi perekonomian di bawah Menko Perekonomian Boediono.

Perkiraan kebutuhan impor gula sebesar 200.000 ton merupakan asumsi perkiraan konsumsi satu bulan. Beberapa pelaku pergulaan memperkirakan kebutuhan impor bisa lebih besar, meski secara politik pemerintah khawatir jika kuantitas impor tahun ini lebih tinggi dari 2006.  

Sinyal yang diberikan Mendag, saat ini Indonesia belum perlu OP gula. Hal ini disebabkan kenaikan harga gula sampai pekan kedua Januari dianggap belum membahayakan.

Harga gula sampai 12 Januari dalam pemantauan Depdag mencapai sekitar Rp6.544/kg naik 2,3% dari posisi November yang masih Rp6.467/kg.  

"Jadi [kenaikan] harga tidak terlalu tinggi. Perlu tidaknya OP, bisa saja untuk titik-titik tertentu yang harganya tinggi akan dilakukan [OP]," kata Mari.

Mendag mengklaim kebijakan pergulaan pada 2006 efektif menjaga kestabilan harga, padahal harga gula internasional cenderung fluktuatif.  

Menurut dia, tren harga gula internasional masih menunjukkan penurunan dari sekitar US$480/ton menjadi sekitar US$320/ton pada awal Januari.

Pengaruh cuaca, lanjut Mendag, tetap menjadi perhatian pemerintah pada 2007 karena berpotensi menurunkan produksi menjadi lebih rendah dari tahun lalu.  

"Makanya kami ingin pastikan bahwa pasokan pupuk cukup dan idle capacity bisa dipergunakan dengan impor [raw sugar] dan penggilingan serta peningkatan rendemen tebu," katanya.

Mari mengatakan peningkatan rendemen tebu bisa dijadikan strategi untuk menggenjot produksi gula tahun ini.  

Pada kesempatan yang sama, Deputi Menneg BUMN Agus Pakpahan mengatakan BUMN gula akan didesak agar meningkatkan rendemen tebu minimal 1% menjadi sekitar 7%-8% sehingga produksi tebu bisa naik sekitar 300.000 ton.

"Peningkatan rendemen tebu untuk seluruh BUMN yang ada pabrik gulanya. Seperti PTPN X sudah bisa menaikkan rendemen pada 2006," katanya. 

 

Sumber: Bisnis Indonesia

Logo KPBN

Contact Us

Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330

(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)

[email protected]

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Social Media

© Inacom. All Rights Reserved.