20 Oct 2006
Pabrik pertama dengan kapasitas 200.000 ton per tahun akan dibangun di Dumai, Riau dengan perkiraan investasi Rp250 miliar-Rp300 miliar. Tahun berikutnya, pembangunan pabrik di Marunda, Jakarta dengan dana dan skala yang sama dengan pabrik di Dumai.
General Manager Asian Agri Riadi Didik Tjahjanto mengatakan pengembangan bisnis di bidang biodiesel sejalan dengan strategi perusahaan untuk memperkuat bisnis kelapa sawit yang saat ini sudah berkembang di Kalimantan dan Sumatra.
"Kami masuk ke industri biodiesel, merupakan pengembangan usaha baru yang bisa memberikan safety bagi komoditas sawit yang kami kembangkan," katanya di Jakarta, Rabu malam.
Menurut dia, pembangunan dua pabrik biodiesel itu akan memberikan nilai tambah tinggi bagi perkebunan kelapa sawit yang dikelola Asian Agri sehingga memberikan prospek besar bagi perkembangan perusahaan secara keseluruhan.
Terkait dengan pembangunan kedua pabrik itu, kata dia, pihaknya telah mempersiapkan secara matang dengan mendatangkan teknologi pabrikasi dari Jerman. "Saat ini, kami lagi memfinalisasi kesepakatan kerja sama teknologi dengan pihak dari Jerman. Mudah-mudahan segera tuntas."
Perusahaan (PT) kelapa sawit di bawah Asian Agri (Grup RGM)
Perusahaan Daerah Luasan
Tunggal Yunus Kab. Kampar Asian Agri 5.436,66
Inti Indo Sawit Subur Kab. Siak Asian Agri 9.139,64
Pusaka Megah Bumi Nusantara Kab. Pelelawan Asian Agri 7.320,15
Raja Garuda Mas Sejati Kab. Kampar Asian Agri 14.875,88
Mitra Unggul Pusaka Kab. Pelelawan Asian Agri 14.052,21
Sumber: www.eyesontheforest
Dia mengatakan pengembangan produk biodiesel dari komoditas kelapa sawit merupakan langkah tepat karena sawit paling produktif dibandingkan dari delapan tanaman yang bisa dikembangkan menjadi minyak biodiesel.
Dia membandingkan tingkat produksi sawit yang bisa mencapai 5 hingga 6 ton per hektare, sementara kedelai yang juga bisa dijadikan biodiesel ternyata hanya mampu berproduksi paling tinggi 3 ton per ha.
Bahkan, lanjutnya, saaat ini mulai ada penemuan teknologi yang memungkinkan sawit bisa dihasilkan 8 ton per hektare.
Didik memperkirakan pabrik biodiesel di Dumai sudah berproduksi mulai November 2007, sehingga Asia memulai babak baru dalam pengembangan industri biodiesel.
Dia memproyeksikan divisi biodiesel pada tahap awal bisa menyumbangkan 10% dari total pendapatan perusahaan.
Selama ini perolehan pendapatan Asian Agri masih banyak di industri hulu yaitu mencapai 80%. "Mudah-mudahan pada 2008 setelah produksi biodiesel ditingkatkan, kontribusinya terhadap pendapatan makin meningkat," kata Riadi.
Dia memperkirakan produksi CPO Asian Agri sendiri akan mencapai 1 juta hingga 1,2 juta ton pada tahun depan yang sebagiannya bisa dijadikan sebagai bahan baku bagi pengembangan biodiesel.
Sumber: Bisnis Indonesia
© Inacom. All Rights Reserved.