26 Sep 2006
Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Asmar Arsjad mengatakan Claimed Change Company asal Inggris sudah datang ke Medan untuk penjajakan peluang investasi tersebut di Sumatra.
"Saya sudah ketemu dengan investor Inggris yakni Claimed Change Company. Mereka mau mengembangkan tanaman jarak pagar. Saya arahkan ke Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan mengembangkan tanaman jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel," ujar Asmar Arsjad kepada Bisnis di Medan, kemarin.
Menurut dia, investor dari Inggris itu membutuhkan areal atau lahan sekitar 150.000 ha untuk mengembangkan tanaman jarak pagar. Hasil jarak pagar tersebut, katanya, akan diolah menjadi biodiesel.
"Investor dari Inggris itu sangat serius. Mereka sedang meninjau sejumlah lokasi di NAD mulai dari Aceh Timur, Bireun, dan daerah-daerah lain," tuturnya.
Dia mengatakan CCC akan membina petani di sekitar perkebunannya kelak untuk mengembangkan dan mengolah tanaman jarak untuk biodiesel.
Awalnya, kata dia, investor Inggris itu mencari lahan di Sumatra Utara. Namun, tambahnya, karena lahan di Sumut seluas 150.000 ha tidak memungkinkan lagi, mereka melirik NAD sebagai tempat berinvestasi.
Dana yang disiapkan investor dari Inggris itu, kata dia, mencapai ratusan miliar rupiah. "Angka persisnya belum disebutkan, namun mereka serius untuk menanamkan modalnya hingga ratusan miliar rupiah," tutur Asmar.
Awalnya, kata Asmar, dia tidak yakin terhadap investor dari Inggris itu. Tapi, lanjutnya, setelah berkali-kali berkomunikasi lewat surat elektronik investor itu datang ke Medan.
Saat ini investor dari Inggris itu sedang melakukan peninjauan lapangan ke NAD. Setelah kembali dari NAD, tambahnya, akan mendiskusikan lagi masalah pengembangan tanaman jarak itu di Medan sebelum investor itu kembali ke negaranya.
Selama ini, kata dia, CCC Inggris bergerak di bidang usaha biodiesel di negaranya. CCC, tuturnya, adalah salah satu perusahaan yang sudah menangani pengembangan biodiesel di negaranya.
Gantikan BBM
Sementara itu, PT Perkebunan Nusantara XII diproyeksikan akan menggantikan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) sekitar 6.500 liter per tahun pada 2008 dengan biodiesel melalui pemrosesan minyak jarak berkapasitas 250 kg per jam.
BUMN pengelola 35 kebun di Jawa Timur itu telah membudidayakan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) seluas 1.000 hektare dengan populasi 2.000 pohon per hektare di Kab. Jember, yang dijadualkan panen akhir tahun ini.
Asisten Kepala Bagian Teknik PTPN XII Istarto mengatakan penanaman jarak seluas itu telah dibarengi dengan penyiapan lima unit mesin pemroses yang berlokasi di kebun Kota Blater dan Rayap, Kab. Jember.
Menurut dia, total kapasitas seluruh unit mesin mencapai 250 kg biji jarak per jam, dan dijadwalkan mampu beroperasi 10 jam per hari atau memroses bahan baku sebanyak 2,5 ton. Sementara rendemen biji jarak 30% (100 kg biji jarak=30 liter minyak jarak/biofuel).
"Mesin pemproses biji jarak sudah siap dan telah berulang kali kami coba, tinggal menunggu masa panen jarak untuk berproduksi sesuai kapasitas terpasang. Diperkirakan akhir tahun ini sudah panen," ujarnya, kemarin.
Istarto menambahkan dari kelima unit mesin pemroses biji jarak, di antaranya empat unit merupakan rehabilitasi mesin lama yang semula digunakan memroses kelapa. "Sedangkan satu unit lainnya dipesan dari pabrik mesin di Jakarta dengan harga sekitar Rp135 juta."
Seluruh mesin pemproses biji jarak milik PTPN XII didesain menghasilkan biofuel guna memenuhi kebutuhan sendiri, sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM).
BUMN tersebut selama ini membutuhkan solar sekitar 6.000 ton/tahun, untuk menggerakkan mesin pabrik, genset, kendaraan roda empat.
Sumber: Bisnis Indonesia
© Inacom. All Rights Reserved.