09 May 2008
Dirut Kurnia Luwuk Sejati Murad Husain mengatakan perusahaan itu menaikkan kapasitas produksi CPO karena harga komoditas di pasar internasional kini sedang membaik.
"Karena produksi naik, kami juga menaikkan target pendapatan. Tahun ini, kami menargetkan pendapatan Rp250 miliar," katanya kepada Bisnis, kemarin.
Dalam rangka meningkatkan produksi CPO, lanjutnya, KLS merencanakan melakukan perluasan perkebunan sawit menjadi 15.000 hektare (ha). Dari total kebun sawit sebesar itu, kebun sawit milik petani plasma mencapai 9.700 ha. Sisanya 6.300 ha merupakan kebun inti.
Murad mengemukakan masyarakat petani di dataran Toili saat ini cukup bergairah untuk membuka lahan sawit karena mereka sangat merasakan manfaatnya berupa peningkatan pendapatan. "Kami perkirakan harga tandan buah segar (TBS) bisa merangkak naik hingga 1.500/kg hingga Rp2.000/kg tahun ini. Harga? TBS kini masih berkisar Rp1.150/kg," paparnya.
Perusahaan itu, tambahnya, juga telah membangun dua unit pabrik baru dengan kapasitas 30 ton TBS per jam atau total menjadi 60 ton TBS per jam. Dua pabrik CPO akan menelan investasi Rp80 miliar. Saat ini total investasi KLS dalam pengembangan sawit di Sulteng mencapai Rp250 miliar. "Kami akan menambah satu unit pabrik lagi di daerah Kab. Morowali dengan kapasitas 30 ton TBS per jam."
Kurnia Luwuk Sejati kini merupakan satu-satunya perusahaan lokal yang berhasil membina petani plasma sawit terbesar di
Lakukan ekspansi
Dia mengatakan KLS akan melakukan ekspansi penanaman kebun sawit di Kab. Morowali, Sulteng. Saat ini areal yang sudah berproduksi di Morowali mencapai 3.000 ha sehingga perlu tambahan 3.000 ha tahun ini.
Sama seperti dataran Toili, KLS mengembangkan kebun sawit di Morowali menggunakan konsep inti dan plasma. Nantinya, plasma milik petani yang didorong untuk masuk dalam rencana pengembangan KLS, sedangkan kebun inti hanya 4.000 ha. Kebun inti itu menggunakan lahan hak guna usaha.
"Pengembangan areal tanam tersebut dilakukan secara bertahap. Tahun ini dimulai dengan areal 3.000 ha. Kami sudah melakukan survei terhadap semua lahan yang akan dikembangkan tanaman sawit," tandas Murad.
Berkaitan dengan bibit kelapa sawit, Dirut KLS itu akan mencari bibit dari Sumatra Utara. Dia mengakui ketersediaan bibit tidaklah mudah, karena? pusat pembibitan sawit PT Mariat di Medan cukup terbatas.
"Bayangkan untuk kebutuhan bibit sekitar 4.000 ha saja sangat sulit, bagaimana kalau 10.000 ha untuk satu perusahaan," ujar Murad.
Sumber: Bisnis
© Inacom. All Rights Reserved.