29 Jan 2010
”Kampanye antirokok berpengaruh sangat besar. Konsumen kami di Eropa sudah tidak membeli tembakau deli. Hanya konsumen dari Denmark yang konsisten membeli tembakau deli,” tutur Manajer Distrik Tembakau PT Perkebunan Nusantara (PN) II Bambang Sutrisno, Kamis (28/1) di Medan.
Bambang menuturkan, rencana penjualan tembakau deli di dalam negeri kemungkinan berlangsung mulai pertengahan tahun ini. Keputusan itu diambil direksi setelah daya serap pasar di Eropa semakin kecil. PTPN II masih akan melihat perkembangan penjualan tembakau di pasar lelang Bremen, Jerman.
Selain hasil panen tahun ini, PTPN II masih menyimpan sisa lelang tembakau tahun lalu sebanyak 860 bal (per bal sama dengan 60-80 kilogram). Sejak kampanye antirokok, peserta lelang tembakau deli di Bremen cenderung menurun.
”Peserta lelang tembakau dengan kualitas tinggi rata-rata diikuti oleh tiga peserta. Sementara peserta lelang yang konsisten mengikuti lelang tembakau deli hanya dari Denmark,” katanya.
Saat ini PTPN II menanam tembakau di lahan 361,6 hektar atau di 452 ladang (per ladang sama dengan 0,8 hektar). Area penanaman tembakau ini berada di Kebun Buluh Cina, Helvetia, Bandar Klumpang, dan Klambir Lima, yang sebagian besar di Kabupaten Deli Serdang. Sebagian lainnya di sekitar Medan.
Tembakau deli merupakan salah satu pembalut rokok cerutu terbaik di dunia. Namun, akhir- akhir ini konsumen tembakau di Eropa kian sulit memasarkan produk mereka. Penikmat rokok cerutu kesulitan menikmati karena membutuhkan situasi dan kondisi yang santai. ”Situasi seperti ini sekarang sulit dicari. Akibatnya, sebagian perokok lebih memilih cerutu kualitas rendah atau mengganti dengan rokok filter,” katanya.
Pertanda turunnya daya serap pasar tembakau deli di Eropa sudah diketahui direksi beberapa tahun lalu. Pada Mei 2009, PTPN II menjual 120 ton dari 163 ton hasil panen ke tempat pelelangan di Bremen.
Kepala Subdinas Bina Produksi, Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Herawati meragukan rencana PTPN II menjual tembakau deli di pasar dalam negeri. Tembakau deli akan sulit bersaing dengan tembakau lokal yang harganya jauh lebih rendah.
Produk tembakau lokal di Sumut tidak terpengaruh kampanye antirokok.
Selasa, 02-Mar-2004
Tembakau Deli kembali dilirik
Riwayat tembakau Deli yang di era penjajahan dulu membawa harum nama Sumatra, dalam lima tahun terakhir ini terancam menghilang dari pasar internasional.
Dalam rentang waktu itu, volume produksinya terus mengalami penyusutan. Areal pertanaman yang pada dekade 1980-an masih seluas 49.000 ha, kini semakin berkurang.
Pada era tahun emas itu, areal pertanaman tembakau Deli minimal 3.500 kebun, yang mampu menghasilkan volume produksi sekitar 8.000 bal-10.000 bal. Tidak usah heran jika tahun ini volume tembakau Deli yang akan dilelang pada Juni 2004 di Bremen, Jerman hanya 2.500 bal (1 bal=80 kg).
Trend penurunan terlihat sejak 1998. Pada tahun itu, produksi tembakau itu hanya 26.078 bal. Pada 1999, produksinya melorot menjadi 13.185 bal. Pada 2000, lebih rendah lagi yakni 19.266 bal. Pada 2001, kian anjlok menjadi 9.809 bal dan 2002, tinggal 7.292 bal.
Dari produksi 2002 itu, yang memenuhi syarat lelang di Bremen untuk pembalut cerutu nomor wahid di dunia, pun hanya 2.500 bal. Sisanya, terpaksa dijual di pasar Amerika untuk memenuhi permintaan pabrik rokok putih di negeri George W. Bush itu.
Swandi, dirut PTPN II Tanjung Morawa mengakui. Dalam lima tahun terakhir, kata dia, tembakau Deli kurang mendapatkan perhatian. Termasuk dari jajaran manajemen PTPN yang dulu mengembangkan. Akibatnya, komoditas untuk wapper yang berkualitas tinggi, semakin merosot dan terlupakan.
Dari sisi pasar, tembakau Deli mempunyai potensi pasar yang cukup kuat. Sebab tidak ada komoditas lain yang mampu menggantikannya sebagai pembalut cerutu di sejumlah pabrik di Eropa dan Amerika.
Penyusutan areal
Kemerosotan volume tembakau Deli tersebut mengindikasikan adanya masalah serius yang harus diatasi. Paling tidak untuk meningkatkan volume dan kualitas tembakau Deli.
Produksi tembakau Deli
Tahun Produksi (bal)
1998 26.078
1999 13.185
2000 19.266
2001 9.809
2002 7.292
Sumber: PTPN II
Daftar perusahaan tembakau Deli
Tahun Jumlah
1914 101
1930 72
1940 43
1949 30
1952 25
1957 2
Sumber: PTPN II
Ada beberapa penyebab utama a.l merosotnya areal pertanaman. Serta sistem budidaya yang menyimpang dari kaidah yang dikembangkan Belanda dulu.
Penyusutan areal terjadi pada dekade 1980-an. Perluasan kota Medan mendesak areal tanaman itu. Belum lagi akibat penggarapan yang dilakukan oleh kelompok dan individu, yang mengaku sebagai pemilik hak ulayat di lokasi perkebunan tembakau secara serampangan.
Pada 1990-an, DPRD dan Pemprov Sumut pernah mengeluarkan peraturan daerah (Perda) untuk melindungi budidaya tembakau. Bentuknya, ditetapkannya areal pertanaman seluas 12.000 ha di Kabupaten Deli Serdang, Sumut.
Tapi apa lacur? Dalam perjalanannya, penegakan perda tersebut hampir tidak ada. Lokasi-lokasi yang dulu dijadikan areal pertanaman, didesak oleh para penggarap. Contohnya di Kebun Klambir Lima yang dulu merupakan lokasi paling cocok untuk menanam tembakau Deli.
Jika tahun ini bisa ditanami kembali, itu karena kegigihan manajemen PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II Tanjung Morawa mengusir para penggarap itu. Tapi di lokasi lain, masih ada yang ditanami penggarap, sehingga areal pertanaman tembakau Deli tahun ini hanya 2.550 kebun (1 kebun = 0,8 ha).
Kemerosotan volume tembakau Deli dalam lima tahun terakhir, juga dipengaruhi sistem budidaya yang serampangan. Para kaum muda yang kurang memahami karakteristik budidaya tembakau Deli, berperan serta menghancurkan.
Jadi jangan heran jika tahun ini volume tembakau Deli yang akan dilelang Juni nanti di Bremen, Jerman hanya 2.500 bal (1 bal=80 kg). Padahal pada beberapa tahun lalu, jauh lebih besar.
Kemerosotan volume tembakau Deli juga disebabkan dari pemilihan bibit sampai penanganan tembakau kering di bangsal. Pengelolaan harus ditangani secara saksama dan hati-hati. Para pekerja di kebun tembakau harus menumpahkan kasih sayang melebihi kasih sayang kepada anak.
Demikian itulah yang harus diterapkan untuk mengangkat kembali citra tembakau Deli di dunia internasional.
Itulah yang yang kini akan dilakukan oleh PTPN II Tanjung Morawa. Tahun ini, jajaran manajemen PTPN II [hasil merger PTP IX dan PTP II]. Bahkan BUMN itu kini kembali merekrut para pensiunan mereka yang ahli dalam mengelola tembakau Deli.
J.A. Ferdinandus, mantan dirut PTP IX diangkat menjadi suvervisor untuk membenahi pengelolaan tembakau Deli. Mulai dari pemilihan bibit hingga tembakau kering di bangsal [tempat pengeringan tembakau] ditangani oleh tim Ferdinandus.
Manajemen PTPN II, kata Swandi menyerahkan sepenuhnya langkah-langkah pertanaman tembakau Deli kepada tim Ferdinandus. "Ferdinandus ahli tembakau. Dia tahu apa yang harus diperbuat untuk mengangkat kembali citra tembakau Deli," tuturnya.
Teknik-teknik budidaya tembakau Deli yang dikembangkan Belanda dulu, kembali diadopsi. Misalnya pemuliaan bibit tembakau yang harus ditunggui siang dan malam.
Termasuk mengukur berapa tetesan air yang diperlukan agar bibit tumbuh baik, mandor dan petugas lapangan harus tahu. Setiap hari berapa centimeter pertumbuhan tanaman tembakau harus diukur, hingga 12 lembar-15 lembar daun dari bawah pokok tumbuh baik dan bagus.
Bangsal-bangsal tembakau yang selama ini tidak pernah mendapatkan perbaikan, direnovasi. Saluran air untuk keperluan menyiram tembakau agar tumbuh dengan baik, diperbaiki.
"Saluran air yang dibangun Belanda, sebagian dihidupkan lagi. Selebihnya dibangun pompa air untuk menyiram tanaman tembakau."
Swandi mengatakan pengasapan di bangsal jauh sebelum panen sudah dipersiapkan. Termasuk persiapan kebutuhan kayu lebih awal.
Potensi pasar
Tembakau Deli memiliki potensi pasar yang besar. Komoditas yang hanya tumbuh baik di antara Sungai Wampu dan Sei Ular [di sekitar kota Medan], memiliki ciri kualitas. Serta citarasa yang khas yakni warna terang. Kadar nikotin relatif rendah. Daun memiliki elastisitas yang baik, daya bakar baik dan abu putih. Serta kalau dibiarkan, tidak akan jatuh walaupun cerutu di tangan semakin pendek.
Satu hal yang tidak dapat ditandingi oleh tembakau lain di dunia adalah aroma dan taste yang sangat baik dan enak. "Itulah keistimewaan tembakau Deli," tutur Swandi.
Lima tahun lalu, menurut informasi pasar dari Bremen, Jerman, kebutuhan tembakau Deli berada pada kisaran 8.000 bal-10.000 bal per tahun atau setara dengan 640 ton-800 ton.
Namun, akhir-akhir ini, permintaan tembakau Deli turun menjadi 5.000 bal-6.000 bal. Itu disebabkan volume produksi yang dari Sumut tidak terjamin jumlahnya.
Akibatnya, sebagian pabrik cerutu di Amerika dan Eropa mengalihkan pembelian tembakau dari Kuba dan Amerika Latin yang rasanya setingkat di bawah tembakau Deli.
"Jadi, pasar tembakau Deli memiliki keunikan. Semakin besar volume produksinya, semakin mahal harganya," kata Swandi. Sebaliknya, jika volume produksi kecil, harganya di pasar internasional semakin menurun.
"Minat pabrik cerutu untuk membeli tembakau Deli semakin merosot manakala volumenya sedikit," tutur dia. Jadi, kalau volume bagus, maka pembeli akan berlomba mendapatkan tembakau Deli.
Itu sebabnya, Dirut PTPN II menilai kondisi keuangan PTPN II akan pulih manakala penanganan tembakau dilakukan dengan baik.
Tahun lalu, menurut dia, kontribusi tembakau terhadap kerugian PTPN II sekitar Rp100 miliar.
Sekali panen tembakau gagal, kata dia, maka kerugian yang dialami PTPN II sangat besar. "Soalnya investasi untuk membudidayakan tembakau Deli hampir Rp50 juta per ha," tuturnya.
Produksi tahun 2004 yang sedang ditanam saat ini, menurut dia, akan dilelang pada 2005. "Saya optimis tahun depan permintaan pasar sebanyak 5.000 bal-6.000 bal bakal dapat dipenuhi," ujarnya.
oleh Master Sihotang
Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330
(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)
PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara
© Inacom. All Rights Reserved.