06 Nov 2007
"Sebagai dampak dari musim kemarau yang sangat panas di akhir tahun 2006, kami memprediksi produksi gula akan turun. Kenyataan yang terjadi, seusai musim giling, tanggal 12 Oktober 2007 kami mencatat kenaikan produksi yang kami anggap sebagai produksi tertinggi selama 30 tahun," kata Pejabat Service, Business, and Finance PT GMP Hapris Jawodo, Senin (5/11) di Bandar Lampung.
Menurut Hapris, faktor yang sangat menentukan keberhasilan produksi gula PT GMP 2007 adalah pengairan yang cukup takaran dan tepat waktu. Pada awal musim tanam 2006, PT GMP mengantisipasi kemarau dengan melindungi air yang ada di embung-embung, rawa, dan sungai di sekitar areal PT GMP. Air di embung, rawa, dan sungai itu dibendung dan dimanfaatkan sebagai sarana pengairan. "Air itu sangat berguna untuk perkecambahan dan pertumbuhan tanaman tebu. Ketika kami bisa mengairi tanaman secara tepat ukuran dan tepat waktu, tebu sangat terbantu," kata Hapris.
Pada tahun 2006, saat musim kemarau ekstrem, tanaman tebu tidak tumbuh sempurna akibat minimnya air. Akibatnya, kata Hapris menceritakan, produksi pun menurun.
Tebu rakyat
Pada musim tanam tahun ini, selain memanfaatkan pengairan dan areal tebu sendiri (TS) seluas 25.000 hektar, PT GMP juga memanfaatkan tebu rakyat (TR) seluas 2.600 yang dikelola dengan manajemen budidaya perkebunan tebu.
Berbeda dengan produksi PT GMP, produksi gula PT Perkebunan Nusantara VII justru turun. Sampai dengan musim giling November 2007 produksi PT Perkebunan Nusantara VII baru 121.000 ton gula. Produksi totalnya pada tahun lalu tercatat 135.000 ton.
Sumber: Kompas
Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330
(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)
PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara
© Inacom. All Rights Reserved.