Dari pemantauan Kompas di Kabupaten Banyuasin, Sabtu (18/2), meskipun harga karet sadapan di Sumatera Selatan sedang membaik, namun petani tampaknya tidak mendapatkan tambahan pendapatan yang maksimal. Petani menduga, tengkulak mengambil keuntungan dari kenaikan harga karet mingguan dari Rp 3.800 per kilogram jadi Rp 4.500 hingga Rp 5.000 per kilogram sejak awal Februari lalu.
Muhammad Yahdi, petani di Desa Rawa Maju, Kelurahan Sukamoro, Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin, menuturkan, tengkulak kerap menyebabkan harga dipermainkan. Tetapi petani tak ada pilihan lain selain menjual ke tengkulak.
Menurut dia, bukti tengkulak mempermainkan harga adalah ketika harga anjlok pada September 2006 sampai Januari 2007 lalu. Para tengkulak berdalih stok di gudang masih banyak, sehingga harga jatuh.
Padahal, hasil sadapan karet petani ketika itu sedikit akibat kemarau panjang. Kalau harga memang jatuh karena stok melimpah, seharusnya terjadi saat musim hujan kali ini karena hasil sadapan petani naik.
"Harga karet tidak ada patokan yang jelas. Kami tidak pernah tahu apakah stok pabrik banyak atau tidak, sehingga harga terpengaruh. Tetapi kami tidak tahu punya pilihan selain menjual karet ke tengkulak karena belum ada koperasi. ," tutur Yahdi.
Hal senada dikemukakan Mulyono, petani karet di Desa Rawa Maju. Ia mengaku tidak punya pilihan selain menjual karet ke tengkulak, karena pemasaran karet dikuasai tengkulak. Para petani bahkan kerap berutang pada tengkulak untuk modal pupuk, karena hasil karet tak memadai.
Minim Koperasi
Kepala Dinas Perkebunan Sumsel, Syamuil Chatib, mengakui, jumlah koperasi petani karet saat ini masih sangat kurang. Jumlah koperasi karet di Sumsel kini hanya 20 koperasi, dari kebutuhan sekitar 70 koperasi.
"Minimnya jumlah koperasi itu menyebabkan jaringan tengkulak di Sumsel masih sulit dihilangkan," kata Syamuil.
Untuk mengurangi permainan harga di tingkat petani, para petani diminta mencari tahu informasi harga karet kering, sehingga bisa menghitung harga jual karet yang layak mereka terima. Harga karet kering 100 persen atau karet ekspor saat ini 1,8 dollar AS atau sekitar Rp 17.000.
Adapun karet petani yang dijual setiap minggu umumnya memiliki kadar kering hanya 40 sampai 50 persen, sehingga harga jualnya 40 sampai 50 persen dari harga karet kering. Harga itu masih harus dikurangi dengan potongan ongkos angkut karet ke pabrik.
Sumber: Kompas