14 Feb 2008
"Cangkang sawit ini kami manfaatkan untuk proses pelayuan dan pengeringan teh," tutur M. Imron, Kepala Pabrik Perkebunan Teh Kayu Aro, di Jambi, Selasa (22/1).
Menurut Imron, untuk proses pelayuan dan pengeringan teh ini, awalnya PTPN menggunakan tujuh ton solar per hari. Harga solar yang kini telah mencapai Rp 7.200 per liter, dari sebelumnya Rp 2.300 per liter, sulit dijangkau PTPN VI.
Karena itu, tambah Imron, PTPN memanfaatkan cangkang sawit yang merupakan buangan hasil pengolahan sawit PTPN sendiri pada sejumlah pabrik kelapa sawit di Sungai Bahar, Kabupaten Kerinci. Adapun, untuk pengolahan teh Kayu Aro, PTPN memanfaatkan 25 ton cangkang sawit setiap harinya. "Penggunaan cangkang sawit dipasok dari kebun seinduk kami di Sungai Bahar," ujarnya.
Untuk pemanfaatan energi dari cangkang sawit ini, PTPN hanya mengeluarkan investasi awal Rp 8 miliar, untuk membeli delapan tungku mesin yang didatangkan dari Jawa Barat. Dengan penghematan biaya produksi, dana yang dikeluarkan utuk investasi mesin, saat ini sudah balik modal.
Beberapa PTPN di Sumatera, PTPN III dan PTPN IV di Sumatera Utara, juga telah menggunakan cangkang sawit sebagai sumber energi.
Kembangkan pasar
Pihaknya tengah mengembangkan pasar Teh Kayu Aro. Dalam enam bulan terakhir,
Dengan masuknya
βInilah yang menyebabkan mengapa harga teh dari kaki Gunung Kerinci ini terbilang rendah, bahkan turun dibandingkan 10 tahun lalu, ketika Indonesia dapat melaksanakan pemasaran langsung ke negara konsumen,β katanya.
Teh Kayu Aro, tegas Imron, diakui banyak negara sebagai kualitas teh nomor dua terbaik di dunia, setelah teh dari kaki Gunung Himalaya. Sampai saat ini, keluarga Kerajaan Inggris pun masih mengkonsumsi dari kaki Gunung Kerinci.
Saat ini, kegiatan pembabatan pohon, diikuti dengan pembukaan sawah-sawah baru semakin marak di sekitar kaki Gunung Kerinci, yang berdekatan dengan perkebunan teh Kayu Aro. Setidaknya pembukaan tutupan hutan telah hampir menyentuh pinggang Gunung Kerinci.
Sumber: Kompas
© Inacom. All Rights Reserved.