Berita Terbaru

08 Sep 2009

'Untung pedagang gula terlalu besar'. Impor gula mentah tak efektif tekan harga

'Untung pedagang gula terlalu besar'. Impor gula mentah tak efektif tekan harga


Harga lelang gula pada awal-awal musim giling tebu masih Rp6.500 an per kg dan dilepas dalam jumlah besar, sedangkan harga lelang yang menembus Rp8.000 an per kg terjadi belakangan dan dalam jumlah kecil gula yang dilelang dengan harga tersebut.

Ketua Komisi VI DPR Toto Daryanto mengatakan harga gula di tingkat pengecer sudah mahal, karena mereka membeli di grosir juga dengan harga tinggi. "Karena pedagang besar mengambil untung terlalu besar, sehingga harga di eceran menjadi mahal," ujarnya saat dihubungi Bisnis, kemarin.

Menurut Toto, harga lelang belum terlalu tinggi saat awal musim giling tebu dan dilepas dalam jumlah besar. Dia memperkirakan stok gula yang dibeli saat Rp6.500 per kg itu masih ada, sehingga seharusnya harga saat ini bisa sekitar Rp7.000 per kg.

Gula yang harga lelangnya kini menembus Rp8.000 per kg, jumlah yang dilepaskan jauh lebih kecil. Dia mengimbau kepada pedagang agar tidak mengambil untung terlalu besar dan menjual dengan harga wajar.

Komisi VI DPR juga mendesak pemerintah agar segera melakukan operasi pasar untuk menekan harga gula yang sekarang ini mencapai Rp10.000-Rp12.000 per kg.

Dia meminta agar pemerintah segera mengatur agar industri makanan dan minuman tidak menggunakan gula kristal putih dan tetap menggunakan gula rafinasi yang diimpor. "Pemerintah harus segera impor gula kebutuhan industri makanan dan minuman."

Impor gula mentah

Adig Suwandi, Corporate Secretary PTPN XI, mengatakan rencana pemerintah untuk mengeluarkan izin impor gula mentah (raw sugar) bagi industri gula rafinasi dan pabrik gula (PG) berbasis tebu diyakini tidak akan menurunkan harga komoditas itu.

Apabila izin impornya dikeluarkan dalam waktu dekat, katanya, dipastikan juga tidak akan efektif, termasuk jika diperuntukkan bagi optimalisasi PG yang kekurangan pasokan tebu karena sebagian pabrik itu selesai giling pada Oktober 2009.

"Karena gula yang diimpor dari Brasil memerlukan perjalanan hingga sekitar 45 hari, sementara PG-PG di Thailand yang sering memasok gula ke Indonesia belum saatnya giling, sehingga tidak ada stok. Adapun India karena mengalami defisit justru mengimpor gula dalam jumlah besar," kata Adig dalam siaran persnya kemarin.



Karena itu, lanjutnya, sangat tidak mungkin raw sugar murni diolah di luar masa giling karena memang PG-PG di Indonesia tidak didesain ke arah itu.

Dia menjelaskan untuk mengimpor raw sugar pada 2010, tentu harus diperhitungkan dari jumlah tebu yang ada dan berarti kepastiannya baru diketahui setelah dilakukan perkiraan atau taksasi pada Maret [2010].

"Bila jumlah tebu dirasakan kurang, tidak ada masalah untuk impor. Sebaliknya, kalau jumlahnya cukup, tentu tidak perlu karena kalau giling lebih dari 180 hari yang berarti akhir masa giling sudah masuk musim penghujan."

Sumber : Bisnis Indonesia  (Bambang Sutejo) (sepudin. zuhri@bisnis.co.id)

----------------------------------------

 

Senin, 07/09/2009 14:40 WIB

 

Disperindag Jateng gelar pasar murah gula pasir

 

SEMARANG (Bisnis.com): Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng menggelar pasar murah gula pasir, menyusul harga yang terus melambung di pasar pada kisaran Rp10.000/Kg.

Kepala Disperindag Jateng Ihwan Sudrajat mengatakan penyelenggaraan pasar murah gula pasir di halaman kantor Disperindag ini direncanakan selama beberapa hari ke depan. Menurut dia, kegiatan serupa akan diikuti oleh seluruh kabupaten/kota di provinsi ini.

Dia mengatakan penyelenggaraan pasar murah ini ditujukan untuk membantu masyarakat kecil agar bisa memperoleh komoditas ini dengan harga lebih murah dibandingkan harga pasar, di level Rp7.000/Kg.

Untuk mencapai tujuan itu, lanjutnya, Disperindag membagikan kupon yang didistribusikan melalui tingkat kelurahan, sehingga diharapkan bisa dimanfaatkan oleh warga yang membutuhkan terutama menjelang Lebaran.

Saat ini stok gula yang disiapkan sebanyak 375 ton, yang berasal dari produsen, pabrik gula serta distributor, tetapi jika penyerapan cukup besar jumlah itu bisa ditingkatkan menjadi 400 ton, mengingat ada kesanggupan dari distributor untuk menambah sebanyak 25 ton.

Stok gula pasir berasal dari beberapa sumber yaitu PTPN IX 100 ton, PT IGN 100 ton, Asosiasi Kemitraan Petani (Akani) sebesar 125 ton, PG Trangkil 30 ton, serta 20 ton dari empat distributor di Kota Semarang.

"Kami akan menggelar pasar murah ini sampai H+7 nanti, dan pemda lain diimbau segera menyusul langkah pemprov. Kami sudah alokasikan rata-rata sekitar 10 ton gula untuk pasar murah di setiap daerah, tapi jika pemda punya dana lebih bisa mengajukan tambahan," ujarnya, hari ini.

Ihwan menuturkan pada hari pertama ini Pemkot Semarang juga berencana menggelar pasar murah, tapi karena belum siap sehingga baru Pemprov Jateng, Pemkab Semarang dan Pemkab Demak saja yang mengawali.

Untuk hari pertama, pembelian dapat dilakukan oleh warga yang telah menerima kupon dari kelurahan setempat. Total yang telah dibagian sebanyak 1.800 kupon untuk pembelian gula pasir 2 Kg/kupon.

Namun pada Kamis nanti masyarakat umum bisa membeli gula dan sembako lainnya dengan harga murah di halaman Dinperindag di Jl Pahlawan, sedangkan pada 14 September akan digelar di kantor Kecamatan Banyumanik, dan di Kecamatan Tembalang Semarang pada 15 September.

Sumber : Bisnis Indonesia

Logo KPBN

Contact Us

Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330

(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)

humas@inacom.co.id

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Social Media

© Inacom. All Rights Reserved.