Berita Terbaru

04 Feb 2008

Pabrik karet krisis bahan baku

Pabrik karet krisis bahan baku


Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah mengakui kapasitas produksi 30 industri karet di Sumut setiap tahun sekitar 765.432 ton.

 

"Bokar yang dibutuhkan industri karet tersebut mencapai 356.577 ton per tahun, yang selama ini masuk dari Aceh, Riau, Jambi, Sumbar, dan Sumut," ujarnya kepada Bisnis di Medan, kemarin.

 

Menurut dia, dengan beroperasinya satu pabrik karet di Riau dan dua di Jambi akhir ta-hun lalu, pasok bokar dari dua daerah itu ke Sumut menurun drastis. Dengan demikian, kapasitas terpasang pabrik karet di Sumut tidak dapat lagi dipenuhi.

 

Anehnya, katanya, produksi bokar dari Aceh dan Nias (Sumut) sebagian masih diselundupkan ke Malaysia karena harganya lebih mahal. "Jadi, pabrik karet di Sumut defisit bokar 75% dari total kapasitas terpasang," tegasnya.

 

Karena itu, katanya, pemerintah hendaknya hati-hati memberikan izin baru pabrik karet di Sumut apalagi nantinya pabrik karet di Aceh yang kini sedang dalam proses pembangunan sudah beroperasi. Pasok bokar ke Industri karet di Sumut, lanjutnya, bakal berkurang lagi.

 

Dia menegaskan produksi bokar di Sumut rata-rata 29.000 ton per bulan, sedangkan kebutuhan rata-rata 59.000 ton per bulan. Untuk memenuhi kebutuhan 30 pabrik karet di daerah ini, lanjutnya, sebagian terpaksa didatangkan dari Sumatra Barat.

 

Karena itu, paparnya, Gapkindo Sumut sangat mendukung rencana sebagian daerah di pantai barat Sumut mengembangkan perkebunan karet. Cuma saja, katanya, bibit yang digunakan harus klon unggul yang mampu menghasilkan getah karet sekitar 1.500 kg per hektare per tahun.

 

Menyinggung harga karet alam menyentuh angka US$2,6 per kilogram (kg) atau tertinggi dalam delapan tahun terakhir menyusul ketanya pasok karet alam produksi Indonesia membuat karet sintetis dikejar pembeli di luar negeri, Edy mengatakan harga tersebut hanya gejolak sementara karena stok di sejumlah negara besar seperti Jepang, Cina, dan Amerika menurun.

 

Stok menurun

 

Edy mengatakan harga karet alam pekan lalu di pasar internasional sudah menembus angka US$2,6 per kg atau meningkat dibandingkan dengan harga pada 2007 rata-rata US$2,14 per kg.

 

"Hal ini terjadi karena harga BBM [bahan bakar minyak] sebagai bahan baku karet sintetis sempat menembus angka US$100 per barel dan stok negara maju menurun yang membuat harga karet alam ikut terkerek naik," tukasnya.

 

Menurut dia, perkiraan harga karet alam pada 2008 tidak akan berada di bawah US$2,1 per kg seiring dengan mahalnya harga BBM di pasar global. Sedangkan faktor lain, lanjutnya, musim track (panen) diperkirakan lebih lama dari periode sebelumnya karena perubahan iklim global, sehingga getah karet menurun.

 

Biasanya, katanya, musim track di Indonesia terjadi Februari-Juni setiap tahun. Mulai 2007, jelasnya, musim track lebih panjang dari biasanya yakni mulai Februari-Agustus. Pada 2008 ini, dia memperkirakan, musim track akan sama perilakunya seperti 2007.

 

Sumber: Bisnis Indonesia

Logo KPBN

Contact Us

Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330

(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)

humas@inacom.co.id

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Social Media

© Inacom. All Rights Reserved.