22 Oct 2012
"Sudah lewat sepekan ini, harga ekspor kembali di bawah US$3 per kg dan itu membuat harga jual bokar (bahan olah karet) ke pabrikan menurun," kata pedagang karet Sumut, M.Harahap, di Medan, Sabtu (20/10/2012).
Turunnya kembai harga ekspor dan otomatis mempengaruhi harga jual ke pabrikan, membuat pedagang dan termasuk eksportir ragu bertransaksi.
Pasar makin sulit diprediksi dan itu membuat transaksi dagang kembali sepi, katanya.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, menyebutkan, harga jual SIR 20 pada 11 Oktober masih sebesar US$3,021 per kg sehingga harga bokar di kisaran Rp24.300-Rp26.300 per kg.
Harga ekspor turun pada 12 Oktober dimana menjadi US$2,973 per kg sehingga bokar juga ikut melemah menjadi Rp23.900-Rp25.900 per kg.
"Harga espor, turun lagi Jumat (19/10) dimana tinggal US$2,877 per kg dan bokar dihargai Rp22.900-Rp24.900 per kg," katanya.
Dia mengakui harga ekspor yang berrfluktuasi itu masih disebabkan faktor krisis global.
Eksportir, kata dia, mengaku sulit memprediksi harga jual sehingga memang membuat mereka semakin berhati-hati bertransaksi khususnya menandatangani kontrak dagang untuk tahun depan.
Pedagang karet, K Siregar, menydbutkan, harga jual karet yang sempat naik Rp7.000-an per kg , pekan ini turun lagi menjadi Rp5.000-Rp6.000 per kg. "Petani benar-benar susah karena saat harga jatuh, produksi juga lagi sedikit," katanya.(Antara/msb)
Oleh : Edy Irwansyah, Gapkindo Sumut,Sumber : bisnis.com© Inacom. All Rights Reserved.