Berita Terbaru

12 Jan 2009

Potensi Pasar Mesir dan Afrika Selatan

Potensi Pasar Mesir dan Afrika Selatan


Walaupun kini pasar ekspor di Afrika cenderung ”langsing”, tetapi seiring membaiknya kondisi ekonomi global di masa datang, Afrika akan lebih ”gemuk”.

Kinerja ekspor nasional selama Januari-November 2008 cukup menggembirakan. Nilai ekspor Indonesia pada periode tersebut 128 miliar dollar AS, atau meningkat 24,2% dibanding periode yang sama 2007.

 

Persentase kenaikan itu juga lebih tinggi daripada 2007, yang mencapai 13,1%. Prestasi ini tidak lepas dari meningkatnya pertumbuhan ekspor nonmigas yang mencapai 20,2%, atau membaik dari tahun 2007 sebesar 16,3%.

 

Namun, pertumbuhan ekspor Indonesia dikhawatirkan akan melambat karena prospek pelambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan utama ekspor, seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan China. Prospek pelambatan pertumbuhan ekspor ini menjadi perhatian banyak kalangan, yang memunculkan pendapat perlunya perluasan pasar produk ekspor. Salah satu pasar potensial adalah pasar Afrika.

 

Perkembangan ekspor Indonesia ke kawasan Afrika dalam lima tahun terakhir cukup menarik. Di tahun 2003, total ekspor Indonesia ke Afrika hanya 1,1 miliar dollar AS dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 2,3 miliar dollar AS. Kenaikan nilai ekspor ini juga ditopang oleh kenaikan laju pertumbuhan ekspor ke kawasan tersebut, dari 0,1 persen di 2003 menjadi 27,8 persen di tahun 2007.

 

Namun, meroketnya pertumbuhan ekspor nasional ke Afrika belum didukung oleh keberhasilan kenaikan pangsa ekspornya. Pangsa pasar ekspor Indonesia di Afrika cenderung tidak berubah signifikan sejak 1999, yaitu 0,8-1,2 persen.

 

Penetrasi ekspor ke negara-negara Afrika kurang maksimal. Pengetahuan akan sektor ekspor prospektif ke negara tujuan sangat diperlukan, untuk membuat strategi perdagangan yang tepat sasaran.

 

Data perdagangan Indonesia ke 46 negara di Afrika menunjukkan, pasar di Mesir dan Afrika Selatan berpotensi besar untuk digarap. Selama kurun waktu delapan tahun, Indonesia menikmati peningkatan surplus perdagangan dengan kedua negara tersebut.

 

Surplus perdagangan Indonesia-Mesir, dari 187 juta dollar AS tahun 2000 jadi 540 juta dollar AS di tahun 2007, sedangkan surplus perdagangan Indonesia-Afrika Selatan dari 14 juta dollar AS menjadi 304 juta dollar AS dalam periode yang sama.

Selain itu, kinerja ekspor Indonesia di dua negara itu juga sangat baik. Tahun 2007, ekspor Indonesia ke Mesir mencapai 589 juta dollar AS dan ke Afrika Selatan 557 juta dollar AS. Artinya, nilai ekspor ke masing- masing negara itu mencapai 26,1 persen, dan 24,7 persen dari total ekspor Indonesia ke Benua Afrika. Kondisi ini didukung meningkatnya pangsa pasar produk nasional di kedua negara tersebut.

Pangsa ekspor ke Mesir meningkat dari 1,4 persen (2000) menjadi 2,2 persen (2007). Adapun pangsa pasar di Afrika Selatan dari 0,6 persen (2000) menjadi 0,7 persen (2007).

 

Analisis perdagangan

Untuk melihat potensi sektor ekspor nasional di pasar kedua negara, dilakukan analisis perdagangan Indonesia-Mesir dan Indonesia-Afrika Selatan pada periode 2000-2006 (SITC kode 3), dengan menggunakan metode yang sederhana.

Dengan analisis terhadap lebih dari 140 sektor ekspor Indonesia ke Afrika, diharapkan informasi tentang potensi pasar di dua negara itu dapat dianalisa dengan lebih detail.

 

Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan potensi pasar suatu negara, atau negara partner, bagi Indonesia. Kriteria pertama adalah rata-rata pertumbuhan impor negara partner untuk suatu komoditas. Kriteria ini dapat menggambarkan pertumbuhan pasar suatu komoditas di negara itu.

 

Kriteria kedua, pangsa pasar impor suatu komoditas terhadap total impor negara partner. Kriteria ini untuk melihat derajat kepentingan komoditas tersebut bagi negara partner dan melihat daya saing komoditas domestik negara itu. Semakin tinggi pangsa pasar suatu komoditas terhadap total impornya, ketergantungan negara partner terhadap komoditas produksi luar negeri semakin tinggi.

 

Kriteria berikutnya, pangsa ekspor suatu produk terhadap total ekspor Indonesia. Kriteria ini untuk menangkap faktor daya saing Indonesia di pasar global. Suatu produk yang berdaya saing tinggi cenderung memiliki nilai ekspor tinggi, relatif terhadap total nilai ekspor Indonesia.

 

Adapun kriteria terakhir adalah pangsa pasar komoditas yang diimpor dari Indonesia terhadap total impor negara partner dari seluruh dunia akan komoditas itu. Kriteria ini untuk melihat tingkat keberhasilan Indonesia menembus pasar negara partner. Semakin besar pangsa pasar suatu komoditas Indonesia di pasar negara partner, semakin besar pula kesempatan Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar. Terkait dengan ketersediaan data, maka analisis pangsa ekspor menggunakan data tahun 2006.

 

Masing-masing komoditas akan diperingkat dalam masing- masing kriteria yang telah ditetapkan. Selanjutnya, ditentukan nilai rata-ratanya. Rangking nilai rata-rata komoditas inilah yang menggambarkan potensi pasar produk Indonesia di negara partner secara komprehensif dan sektoral. Semakin kecil nilai rata-rata ini, semakin besar potensi pasar komoditas tersebut untuk ekspor Indonesia.

 

Hasil perhitungan menunjukkan, produk dari sektor minyak nabati (SITC kode 422), tekstil dan produk tekstil (SITC kode 841), dan peralatan telekomunikasi (SITC kode 724) berpotensi tinggi untuk ekspor Indonesia ke Mesir.

 

Adapun bagi ekspor ke Afrika Selatan, produk dari sektor furnitur (SITC kode 821), alas kaki (SITC kode 851), dan tekstil (SITC kode 841) cukup prospektif.

Berbeda dengan pasar China untuk produk pertambangan yang sudah cukup tergarap, pasar komoditas minyak olahan (bensin, solar) di Mesir dan Afrika Selatan cenderung belum tergarap meskipun prospeknya cerah. Kondisi ini tidak mengherankan mengingat kebutuhan minyak olahan (SITC kode 332, 333) di kedua negara lebih banyak dipasok oleh negara-negara kawasan Timur Tengah.

Jika kita cermati lebih dalam, ternyata banyak produk sektor manufaktur yang sangat menjanjikan di pasar dua negara tersebut. Contohnya, tekstil dan produk tekstil (SITC kode 841, 652, 653), mesin kendaraan (SITC kode 733), serta produk dari karet seperti ban (SITC kode 629).

 

Khusus untuk sektor komoditas alas kaki dan tekstil, potensi pasar yang baik di kedua negara tersebut menjadi sesuatu yang positif di tengah prospek melambatnya ekspor komoditas tersebut ke AS dan Eropa.

 

Ekspor alas kaki di Afrika Selatan terus tumbuh dalam enam tahun terakhir, dengan nilai 13 juta dollar AS, atau meningkat lebih dari 190 persen sejak tahun 2003. Kenaikan tersebut ditopang oleh kenaikan pangsa pasarnya, dari 1,7 persen menjadi 2,4 persen. Rendahnya pangsa pasar ini menunjukkan masih banyak ruang untuk melakukan penetrasi pasar di sana.

 

Mesir dan Afrika Selatan dipercaya sebagai salah satu pintu masuk pengembangan pasar Indonesia di Afrika. Identifikasi sektor-sektor prospektif di kedua negara itu sangat penting guna penerapan kebijakan ekspor, yang dapat mendorong sektor-sektor unggulan Indonesia.

 

Di saat perekonomian global berpotensi melambat, perluasan ekspor ke kawasan Afrika tampak terlambat, tetapi ini bukanlah sesuatu yang sia-sia. Jika pemerintah dan pelaku pasar Indonesia mampu menerapkan strategi perdagangan yang tepat, maka ketika kondisi ekonomi global membaik, prospek keuntungan tentu menggiurkan.

 

Perluasan pasar bukan sekadar pengalihan penjualan komoditas dari negara tujuan utama ekspor ke negara tujuan baru, melainkan mengembangkan dan mengeksploitasi alternatif pasar ekspor baru. Penetrasi terhadap peluang di pasar Afrika terutama untuk pengembangan dan diversifikasi pasar ekspor jangka panjang.

Keberhasilan melakukan diversifikasi di pasar Afrika tidak akan terwujud tanpa usaha nyata. Optimalisasi kerja sama perdagangan, perhatian eksportir, dan eliminasi hambatan merupakan cara tepat untuk mencapainya.

 

Handri Thiono

HaEconomesearch Institute

Sumber: Kompas

 

Logo KPBN

Contact Us

Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330

(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)

humas@inacom.co.id

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Social Media

© Inacom. All Rights Reserved.