12 Feb 2010
Analis fundamental mata uang asing (forex) PT Askap Futures Wahyu Tribowo Laksono menyangsikan angka laju inflasi China pada Januari yang hanya 1,5%. Survei Bloomberg terhadap sejum lah analis sebelum rilis angka inflasi itu ke luar menunjukkan angka yang lebih ting gi.
Meskipun secara kuantitatif angka inflasi di China masih tinggi, Wahyu me nga takan secara kualitatif angka itu lebih ren dah terutama terkait de ngan ekspektasi pasar dan data sebelumnya.
"Saya tidak yakin angka inflasi China serendah itu, karena inflasi di berbagai negara menunjukkan kenaikan, bahkan di Inggris seperti dilaporkan Bank of England (BoE) baru-baru ini. Namun berita ini bagus bagi pasar," tuturnya kepada Bisnis ke marin.
Indeks harga konsumen tahunan (year on year/yoy) China selama Ja nuari 2010 naik 1,5%, dibawah estimasi ekonomi yang memperkirakan inflasi di negara itu pada bulan pertama tahun ini mencapai 2,1%.
Namun begitu, realisasi inflasi itu se suai dengan ekspektasi Gubernur The People's of Bank China Zhou Xiaochuan. Zhou pekan lalu dalam sebuah pertemuan banker di Sydney mengatakan akan mem perketat peng awasan inflasi yang masih relatif rendah.
Namun begitu, Wahyu meng ingatkan masih adanya kecemasan pasar terkait dengan potensi dilakukannya pengetatan moneter lebih lanjut menyusul naiknya pencairan pinjaman baru di China.
Bank sentral mengumumkan pe ning kat an pencairan pinjaman baru men jadi US$203 miliar (1,39 triliun yuan), se dang kan harga properti naik sekitar 9,5% di 70 kota di Chi na dibandingkan de ngan Januari 2009.
Harga properti naik keposisi ter tinggi sejak 21 bulan terakhir meskipun bank sentral telah berusaha menurunkan pencairan pinjaman. Bank sentral China bulan lalu memutuskan menaikkan persyaratan cadangan modal minimum perbankan di negara itu.
Produk domestik bruto (PDB) tahunan China tumbuh 10,7% selama kuartal IV/2009, yang merupakan pertumbuhan ter cepat sejak 2007.
Sementara itu, perekonomian China masih rentan terhadap risiko melemahnya pemulihan ekonomi global dan ketidakpastian pembangunan domestik karena peluang dan tantangan yang dihadapi negara itu masih sangat kompleks.
"Kondisi ini menuntut bank sen tral dan pemerintah perlu mengeluarkan rencana kebijakan yang bervariasi," ujar Ma Jiantang, anggota Ko misi Biro Statistik Nasional China, da lam pidatonya yang ter pampang pa da situs resmi lembaga itu kemarin. (Nana Oktavia Musliana)
Oleh Erna S.U. Girsang
Sumber : Bisnis Indonesia
Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330
(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)
PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara
© Inacom. All Rights Reserved.