Berita Terbaru

06 Nov 2008

Pama bangun pabrik ban truk berat

Pama bangun pabrik ban truk berat


Pabrik yang dibangun tersebut akan memproduksi ban dari hasil rekayasa ban bekas (tyre retread) sehingga biaya produknya lebih murah. Selama ini, sebagian kebutuhan Pama terhadap ban masih diimpor.

Pama mengklaim pabrik ini sebagai yang pertama di Asia yang mengadopsi teknologi dingin 'precuring system'. Untuk mengaplikasikan teknologi ini, perusahaan menggandeng Rusler-perusahaan asal Jerman yang unggul dalam teknologi tyre retread-sebagai mitra kerja.

Sudiarso Prasetio, Direktur Utama PT Pamapersada Nusantara menjelaskan pabrik ini memiliki peran strategis dalam mencegah terhentinya kegiatan operasional akibat kekurangan pasokan ban.

Sudiarso mengatakan untuk tahap awal, kegiatan produksi akan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan. Namun, perusahaan akan berupaya melakukan ekspansi dalam kurun waktu 3 tahun ke depan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan lain, termasuk ekspor.

"Kebutuhan perusahaan untuk ban truk kapasitas 100 ton ke atas seperti dump truck mencapai lebih dari 2.200 ban per tahun. Dengan adanya pabrik ini, sebagian kebutuhan ban bisa dipenuhi sendiri sehingga jumlah impornya bisa diturunkan," katanya di sela-sela peresmian pabrik tyre retread dan kantor pendukung (Balikpapan Supporting Office), kemarin.

Menurut Sudiarso, terhentinya operasional perusahaan akibat kekurangan pasokan ban seperti yang pernah dialami beberapa tahun lalu, dipastikan tidak akan terulang lagi, dengan kehadiran pabrik ini.

Pama yang juga merupakan anak usaha PT United Tractors Tbk, lanjutnya, menargetkan pabrik tersebut mampu menghasilkan 800 unit hingga 1.000 unit ban per tahun, termasuk ban vulkanisir.

"Kami akan terus berinvestasi termasuk dengan membangun pabrik ini. Meskipun situasi ekonomi dunia dan Indonesia sedang dilanda krisis finansial, apabila tidak ada aral melintang, pada tahun depan kami akan menaikkan jumlah produksi," paparnya.

Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen Mineral dan Batu bara Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral M.S. Marpaung mengatakan pemerintah terus mendorong perusahaan di dalam negeri untuk mengurangi penggunaan produk impor, khususnya di industri pertambangan mineral dan batu bara, termasuk ban.

"Belanja impor di industri ini setiap tahun mencapai US$3 miliar, termasuk US$1 miliar untuk bahan bakar minyak. Untuk itu kami meminta mereka meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri dan mengembangkannya sendiri," katanya.

Oleh  Siti Munawaroh - Bisnis Indonesia

Logo KPBN

Contact Us

Jl. Cut Meutia NO. 11, RT. 13, RW. 05, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Kode Pos. 10330

(021)3106685, (021)3907554 (Hunting)

humas@inacom.co.id

PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara

Social Media

© Inacom. All Rights Reserved.