13 Perusahaan Kaji Bangun Pabrik Gula
`Yang terlihat di daftarnya baru 13 perusahaan, mayoritas swasta. Dan akan bertambah lagi,` kata Yayat Priyatna, Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI), Rabu (9/12).
Menurut Yayat, nilai investasi untuk membangun satu pabrik gula baru tergantung luas lahan. Contohnya, satu pabrik gula berkapasitas 10.000 ton di atas lahan seluas 10.000 hektare bisa menghabiskan dana US$ 160 juta.
Banyak pemain baru
Sekretaris Jenderal AGRI Suryo Alam menambahkan, banyak nama pemain baru yang masuk dalam daftar peminat. Mereka tersebar dari perusahaan gula, perusahaan perkebunan, seperti kelapa sawit, hingga perusahaan di industri makanan dan minuman. `Tapi ini baru pernyataan awal, belum resmi benar,` tegas dia.
Antara lain PT Bina Muda Perkasa, PT Gemilang Unggul Luhur Abadi, PT Duta Plantation Nusantara, dan PT Laju Perdana Indah. `Ini yang di Pulau Jawa, yakni Rembang, Tuban, Malang Selatan, dan Purwodadi,` kata Suryo.
Ada juga beberapa nama yang berminat di luar Jawa. Yakni Konsorsium PTPN, PT Pemuka Sakti Manis Indah, PT Gula Manis Tinanggia, dan PT Permata Hijau Resources. `Saya dengar Medco, Sinar Mas, dan Wings Food juga tertarik,` ujar Suryo.
Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian Benny Wahyudi bilang masih akan mematangkan lagi program revitalisasi gula. `Konsep revitalisasi gula akan dikonsultasikan dengan pelaku kepentingan di Yogyakarta Jumat ini,` katanya.
Selain bangun pabrik baru, pemerintah juga menyediakan dana untuk restrukturisasi mesin pabrik gula. Tahun ini dana program ini Rp 52 miliar, pada 2010 Rp 30 miliar saja.
Dengan revitalisasi dan pembangunan pabrik gula, pemerintah ingin mengurangi ketergantungan impor. Konsumsi gula nasional, menurut catatan AGRI, mencapai 4,8 juta ton per tahun. Industri nasional baru mampu memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga 2,7 juta ton. Sedang 2,1 juta ton yang merupakan gula rafinasi untuk industri masih diimpor.
Sumber : KONTAN
------------------
Selasa, 08 Desember 2009 | 22:22
Hadapi Krisis Gula Indonesia Andalkan Impor
JAKARTA. Khawatir tidak sanggup menanggung kebutuhan pasokan gula pada semester pertama 2010 nanti, pemerintah akhirnya memutuskan untuk mengimpor gula kristal putih untuk menutup kekurangan. Meski negara yang akan menjadi sumber impor belum ditentukan, namun sedikitnya 500.000 ton gula bakal didatangkan mulai 1 Januari hingga 15 April 2010.Keputusan tersebut merupakan hasil Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Tingkat Menteri Bidang Perekonomian yang telah diselenggarakan pada tanggal 24 November 2009. Dalam pertemuan tersebut dibahas persoalan kekurangan stok yang disebabkan karena hingga akhir November 2009 ini, masa giling tebu di seluruh pabrik gula (baik milik PTPN/RNI maupun swasta) sudah berakhir.Soalnya itu produksi gula kristal putih nasional selama 2009 yang semula diprediksi bakal mencapai 2,9 juta ton ternyata meleset dari perkiraan dan hanya menghasilkan 2,6 juta ton. Artinya ada kekurangan pasokan sekitar 300.000 ribu ton. `Penurunan produksi ini juga dialami negara-negara di India dan Brazil,` kata Robert James Bintaryo Kepala Pusat Humas Departemen Perdagangan Selasa (8/12).Sementara itu Impor gula mentah yang diberikan kepada produsen sebesar 183.000 ton sampai akhir November 2009 tidak dapat direalisasi seluruhnya. `Padahal akhir November 2009 ini, masa giling tebu di seluruh pabrik gula juga sudah berakhir,` imbuh Robert.Senior Advisor Dewan Gula Nasional Colosewoko mengungkapkan bahwa defisit produksi tersebut adalah perhitungan dari Departemen Pertanian. Sementara Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan beranggapan bahwa tambahan pasokan yang dibutuhkan berada di kisaran 500.000 ton. `Soalnya ada sebagian pasokan gula yang sudah keluar dari pabrik, namun masih tertahan di pedagang,` terang Colosewoko.Colosewoko mengatakan bahwa krisis pasokan gula memang terjadi hampir di seluruh belahan dunia. `Brazil dan Australia sudah tidak lagi bisa diandalkan saat ini karena adanya penurunan produktivitas,` ujarnya. Ia memperkirakan pasokan impor yang bisa diharapkan hanyalah dari Thailand.Hanya saja, karena masing-masing spesifikasi gula yang dibutuhkan di setiap negara berbeda-beda maka pesanan impor menurut Colosewoko memang sebaiknya dilakukan jauh-jauh hari. `Apalagi kekurangan pasokan terjadi secara global,` tandas ColosewokoColosewoko menambahkan jika kebutuhan dalam negeri tidak segera diamankan maka harga gula di tingkat eceran yang kini berada di kisaran Rp 9.000 per kilogram bisa terus melejit naik. `Jika stok aman, mudah-mudahan harga bisa kembali Rp 8.000 per kilogram,` ujarnya.Berdasarkan keputusan Rakortas Menko Perekonomian, Departemen Perdagangan memberikan penugasan izin impor kepada PT. PPI dan Perum Bulog, dengan rincian PTPN IX sebanyak 81.000 ton, PTPN X 94.500 ton, PTPN XI 103.500 ton, PT. RNI 85.500 ton, PT. PPI 85.500 ton dan Perum Bulog 50.000 ton.
Sumber : KONTAN