KPBN News

Luas kebun tahun ini 100.000 ha. Charoen Pokphand masuki bisnis sawit



Sejak dirintis pada lima tahun lalu, perusahaan yang dirintis oleh Ek Chor dan Siew Whooy dengan membuka toko benih Chai Tai di kawasan Chinatown, Bangkok pada 1912 itu, kini sudah memiliki sekitar 60.000 hektare (ha) yang siap ditanami di Provinsi Kalimantan Barat.

Hingga akhir tahun ini, perseroan yang mempunyai 250 anak usaha di 20 negara termasuk di China yang dikenal dengan Chia Tai Group, menargetkan luas kebun sawit yang dimiliki mencapai 100.000 hektare.

`Mereka siap mengakuisisi sejumlah kebun yang berlokasi a.l. di Sumatra seperti di Aceh,` ujar satu sumber Bisnis yang enggan disebutkan namanya di Jakarta, kemarin. `Mereka butuh delapan juta batang bibit sawit pada tahun ini,` tutur dia.

Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian Ahmad Mangga Barani mengakui hal itu dimungkinkan terjadi karena harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sedang bagus. `Tapi saya belum menerima informasi lengkap. Sekarang semua izin perkebunan masuk ke daerah setelah mendapat HGU baru masuk ke saya. Banyak perusahaan yang masuk dengan mengakuisisi lahan yang sudah ada,` kata Ahmad.

Charoen-yang pada 1999 berubah nama dari Charoen Pokphand Feedmill Company Limited (berdiri 17 Januari 1978) menjadi Charoen Pokphand Foods-memilih lokasi usaha di Indonesia karena sektor bisnis yang terkait dengan sawit saat ini mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.

Perusahaan ini -yang memiliki slogan Kitchen of the World-menilai perkebunan sawit bisnis masa depan dan prospektif.

`Investasi tanah saja, dibandingkan dengan Malaysia, jauh lebih murah. Hanya Rp2 juta per ha. Di Malaysia, sudah RM12.500 per ha,` katanya pekan lalu.

Lahan Central Palma di Kalbar saat ini masih dalam status izin pakai sebelum memperoleh sertifikat hak guna usaha (HGU) setelah proses penanaman terealisasi.

Dari total izin pakai 60.000 ha, dia memperkirakan, sekitar 10% dari total lahan dimungkinkan tidak dapat ditanami.

Butuh bibit

Namun, dia mengeluhkan masalah ketersediaan benih berkualitas yang menjadi kendala pengusaha mendapatkan bibit dengan produktivitas tinggi.

Untuk menanami areal yang dimiliki, Central Palma diperkirakan membutuhkan sekitar delapan juta batang bibit sawit yang diharapkan bisa diperoleh melalui impor dari Kosta Rika yang memiliki kualitas tinggi.

Namun, menurut Ricardo Escobar, salah satu eksportir bibit sawit, ASD de Costa Rica, mengeluhkan masalah birokrasi dan kebijakan pemerintah yang tidak jelas sehingga menyulitkan perusahaannya untuk mengekspor produknya kendati memperoleh permintaan dari pengusaha perkebunan.

Dari total permintaan, kata dia, pihaknya menyuplai sekitar 1% karena perizinan ekspor-impor yang menyulitkan pelaku usaha.

ASD telah menjual bibit ke Indonesia setara dengan penanaman seluas 280.000 ha milik sejumlah perusahaan a.l. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, Grup Sinar Mas, dan Grup Astra.

Sumber: Bisnis Indonesia