China kurangi pembelian dari Malaysia, Produksi karet diprediksi anjlok
Namun, harga komoditas itu diperkirakan dapat bertahan di level US$1,8 per kg.
Malaysian Rubber Board melaporkan produksi karet alam dari negara itu pada periode September turun 11,9% menjadi 113.209 ton dari bulan sebelumnya.
Sedangkan penjualan karet Malaysia periode Januari-September turun 1,9% dari pada periode yang sama tahun lalu.
China sebagai pembeli karet terbesar Malaysia kini mengurangi impornya sebesar 18,5% menjadi 39.724 ton pada September dibandingkan dengan posisi Agustus.
Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Daud Husni Bastari mengatakan selain Malaysia, negara penghasil karet terbesar lainnya yang mengalami penurunan produksi meliputi Indonesia dan Thailand. Kondisi ini diprediksi akan berlangsung hingga akhir tahun.
Produksi karet Indonesia diperkirakan dapat turun 50.000 ton per bulan, terhitung sejak September. Sedangkan Thailand yang memproduksi 2,8 juta ton juga mengalami hal serupa. Namun, dia tidak merinci penurunan volume produksi negara itu.
`Hingga awal 2007 produksi karet alam dunia akan seret. Pasalnya sejumlah negara penghasil karet terbesar dunia tengah dilanda musim kemarau,` ujar dia kepada Bisnis kemarin.
Badai el-nino yang melanda beberapa negara telah menimbulkan kekeringan di Indonesia dan Malaysia serta badai topan di Filipina hingga berlanjut ke Thailand.
Dia mengatakan musim hujan yang ditunggu petani karet hingga kini tak kunjung tiba, meski kondisi normalnya dimulai Oktober hingga Maret tahun depan.
Sedangkan perkebunan karet Indonesia yang sebagian besar berlokasi di sisi Selatan khatulistiwa juga mengalami nasib yang sama. Di wilayah ini musim hujan diperkirakan turun mulai akhir November 2006 dan berakhir sekitar April 2007.
''Hujan tak bisa diprediksi, sehingga memengaruhi produksi karet Indonesia dan negara tetangga,'' kata Husni.
Harga bertahan
Meski terjadi penurunan produksi dia memprediksi harga karet global akan bertahan di level US$1,8 per kg pada tahun depan.
Sementara itu, menurut Reuters, harga karet di pasar Tokyo Commodity Exchange untuk pengiriman April turun 1,6% menjadi 204,9 yen (US$1,74) per kg.
Seorang pedagang di Tokyo memprediksi harga karet akan turun ke rentang 200 yen hingga 204 yen per kg. `Sentimen pasar secara teknikal menunjukkan pengaruh buruk terhadap harga karet,` kata satu pedagang.
Pembeli dari Jepang, termasuk perusahaan ban, diketahui sudah memiliki cukup persediaan. Karena alasan ini, pembeli tersebut belum berniat untuk menaikkan volume pembelian.
Sementara itu, para pembeli asing lainnya tengah menanti harga komoditas turun ke level yang lebih rendah.
''Beberapa pembeli China memang butuh karet untuk pemakaian Desember. Namun, mereka masih menunggu harga turun.'' kata pedagang di Thailand.
Dia menyebutkan beberapa perusahaan ban termasuk Bridgestone dan Goodyear berencana membeli komoditas untuk persediaan Januari-Februari. Produsen karet masih menunggu realisasi pembelian dari perusahaan itu.
Sumber : Bisnis Indonesia