KPBN News

Harga Kakao Naik Produksi Petani di Lampung Mengalami Penurunan



`Serangan penyakit membuat produksi kakao menurun. Makanya, kami sekarang bisa menikmati harga tinggi,` kata Sardiyo, warga Gunung Gede, Way Ratai, Padang Cermin, Lampung Selatan, Minggu (3/6).

Sardiyo mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir harga biji kakao terus naik. Awal 2007 hingga April 2007, biji kakao di tingkat petani hanya dihargai sekitar Rp 9.000 per kilogram.

Akan tetapi, pada awal Mei 2007, harga biji kakao di tingkat petani naik menjadi Rp 10.000 hingga Rp 11.000 per kilogram. Bahkan, memasuki akhir Mei, harga terus naik hingga kisaran Rp 12.000 hingga 13.000 per kilogram. Diperkirakan harga masih akan terus naik pada Juni 2007 ini.

Murni (20), petani kakao dari Desa Ampai, Punduh Pidada, Lampung Selatan, mengatakan, saat ini ia bahkan menikmati harga jual biji kakao antara Rp 12.500 dan Rp 13.500 per kilogram. Ia bisa mendapatkan harga tinggi setelah tiga hari menjemur biji cokelat.

Makin kering biji cokelat, akan dihargai semakin tinggi oleh pedagang pengepul.

Ma’ruf, pedagang pengumpul biji kakao dari Way Krui, Padang Cermin, Lampung Selatan, mengatakan, harga biji kakao di tingkat petani saat ini memang sedang bagus-bagusnya. Sebagai pedagang pengumpul, ia berupaya memancing minat petani untuk menjual biji kakao kepadanya dengan harga Rp 13.000 hingga Rp 13.500 per kilogram. Harga tersebut tergantung dari kadar air pada biji cokelat.

Produksi turun

Kendati panen raya kakao yang biasanya terjadi pada bulan Juni belum terjadi, saat ini pasokan biji kakao sudah agak menurun. Padahal, permintaan eksportir biji kakao di Bandar Lampung cukup banyak.

`Serangan penyakit dan dampak cuaca panas saat musim kemarau panjang 2006 telah mengakibatkan pertumbuhan buah terganggu sehingga produksi turun,` kata Ma’ruf.

Sardiyo membenarkan, selama enam bulan terakhir serangan busuk buah dan penggerek batang buah telah menyebabkan penurunan produksi. Dari lahan satu hektar miliknya, pada kondisi normal mampu menghasilkan dua kuintal biji kakao. Saat ini produksi dari lahannya menurun menjadi 1,58 kuintal biji cokelat.

Tukimin Sunaryo, warga Sanggi Gayau, Padang Cermin, Lampung Selatan, mengatakan, penurunan produksi sangat terasa ketika ia melakukan panen mingguan. Pada kondisi normal, Tukimin bisa memanen sekitar 50 kilogram biji kakao per minggu. Namun, saat ini, dia hanya mampu memanen 25 kilogram biji kakao per minggu.

Sumber: Kompas