KPBN News

Komoditas perkebunan unggulan dalam ACFTA



Komoditas potensial yang dapat digenjot ekspornya ke China a.l. kelapa sawit dengan produk turunan, karet alam, kakao, gambir, dan rotan olahan. Sementara, komoditas nonkomplementer yang dinilai potensial untuk masuk ke China adalah buah-buahan tropika eksotik, sayuran, ikan tangkap, dan makanan khas olahan asal Indonesia.

Senior Advisor Graduate Program of Management and Busines Institut Pertanian Bogor E. Gumbira Sa'id menuturkan beberapa peluang untuk produk agribisnis dan komoditas nonkomplementer sangat besar.

`Pemerintah perlu mendorong usaha para petani, pekebun, atau nelayan untuk mengembangkan produk potensial tersebut,` ujarnya di Bogor akhir pekan lalu.

Menurut dia, untuk menilai ACFTA jangan hanya dilihat dari sisi negatif tetapi juga dari sisi positif di mana sejumlah produk unggulan di Tanah Air mendapatkan pasar baru. Dengan tarif bea masuk yang mulai O%, katanya, membuka kesempatan produk unggulan Indonesia untuk dipromosikan.

Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati menuturkan sebagai upaya membidik peluang pasar ekspor produk hortikultura, pihaknya akan memberlakukan SNI wajib untuk komoditas buah-buahan dalam negeri. Dengan demikian, katanya, produk buah impor yang dikonsumsi dalam negeri harus layak.

Dia mengatakan saat ini banyak produk buah dalam negeri yang sudah memenuhi standar ekspor antara lain manggis, nanas, pisang, dan salak. Hal ini, katanya, karena sudah banyak kebun di dalam negeri yang memenuhi standar good agricultural practices (GAP). `Yang jelas SNI wajib harus segera dibuat dan diterapkan. Hal ini merupakan salah satu instrumen perlindungan terhadap produk nasional,` katanya.

Sementara itu, Menteri Pertanian Suswono mengatakan Kementerian Pertanian akan meningkatkan riset untuk meningkatkan industri hilir pertanian, guna menghadapi daya saing dalam perdagangan bebas Asean dan China.

`Riset untuk mengembangkan revitalisasi teknologi industri hilir perlu ditingkatkan, agar lebih efisien guna meningkatkan daya saing,` ujar Suswono di Desa Undaan Tengah, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Sabtu.

Menurutnya, industri pengolahan pertanian perlu segera dikembangkan untuk mengejar ketertinggalan. `Misalnya singkong diolah menjadi tepung singkong agar memiliki nilai tambah dalam produksinya,` katanya.

Oleh Diena Lestari
Sumber : Bisnis Indonesia

-------------------------


Pemerintah Harus Fokus Tingkatkan Ketahanan Pangan
Rabu, 26 November 2008 00:05 WIB

Bogor (ANTARA News) - Pemerintah disarankan lebih fokus dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional di antaranya melalui penggalakan investasi dan meningkatkan nilai tambah pada komoditas-komiditas yang selama ini menjadi unggulan di pasar dunia.

Menurut Guru Besar Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Endang Gumbira Said, di Bogor Selasa, selain menggalakkan investasi, pemerintah harus membangun komitmen yang tuntas dan tidak sepotong-sepotong sehingga koordinasi pelaksanaan program-program ketahanan pangan di lapangan berjalan dengan baik.

Gumbira menilai, dalam menjalankan program-program ketahanan pangan, Indonesia kelihatan tidak memiliki koordinasi yang bagus di lapangan dan lemah dalam mengendalikan keunggulan yang sudah dimiliki di bidang pangan.

`Katakanlah, pala kita nomor satu di dunia, merica nomor satu di dunia, tetapi orang lain `kan berkembang ingin mengambil pasar dari kita. Nah oleh karena itu, kita harus menjaga apa yang sudah menjadi jawara di dunia, harus kita tingkatkan nilai tambahnya,` katanya usai berbicara dalam Workshop Business Plan Re-Formulation for Agribusiness yang digelar oleh Majalah Agro Observer dan Arrbey.

Bumbira menegaskan kembali perlunya investasi yang baik untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional, tidak hanya dalam bidang riset dan peningkatan produktivitas pertanian, tetapi juga dalam bidang agro industri. Menciptakan nilai tambah dalam produk-produk pangan sehingga mampu bersaing dengan komoditas lain di pasar dunia.

`Pertanian tidak bisa dipisah-pisahkan, hanya on farm saja atau out farm saja. Makanya dalam konsep-konsep yang saya suarakan, pertama memperbaiki manajemen agribisnis dalam perspektif kita meningkatkan produksi dan produktivitas. Kemudian kita tingkatkan agro industri untuk menciptakan nilai tambah produk dan membangun agro wisata untuk mendatangkan devisa,` kata dia.

Keterpaduan dari pengembangan on farm dan agro industri akan membuat pemasaran produk-produk sektor pangan tidak terputus seperti sekarang. Selain dengan swasta sebagai pengembang dan pemasaran produk-produk pertanian, kemitraan dengan usaha-usaha kecil menengah juga terus dikembangkan, tetapi tetap seimbang sehingga keuntungan juga bisa dinikmati oleh petani.

Mengenai menyempitnya lahan pertanian di daerah Jawa, pemerintah perlu mengembangkan produk-produk pertanian di luar Jawa yang lahannya masih luas seperti Papua, terutama Merauke, Kalimantan, dan Sulawesi harus dioptimalkan. Pengembangan pertanian melalui program transmigrasi juga perlu dihidupkan lagi dengan pola yang diubah.

Petani-petani yang berhasil di Jawa yang seharusnya dipindahkan ke luar Jawa dan disediakan lahan sehingga mereka dapat menjadi percontohan yang akan ditiru oleh petani-petani lain di luar Jawa, kata Gumbira yang juga Senior Advisor Program Pasca-sarjana Manajemen dan Bisnis IPB.

Bioenergi

Mengenai isu energi yang dihasilkan dari produk pertanian, menurut Gumbira, merupakan isu yang mengglobal dan tidak bisa dihindari. Tetapi ia menyarankan biofuel dikembangkan dari produk-produk pertanian yang oversupply (persediaannya berlebih) seperti CPO (crude palm oil) atau dari tanaman-tanaman yang tidak sangat dibutuhkan untuk pangan.

`Memang tanaman jarak sebenarnya sudah diadvokasikan sekitar empat tahun yang lalu, tetapi itu belum berjalan bagus dan seolah-olah masih jalan di tempat. Oleh karena itu anggaran riset harus diperbesar karena riset dunia kini sedang mencari bagaimana memproduksi bioethanol yang termurah,` katanya.

Bioethanol bisa diproduksi misal dari limbah-limbah produk pertanian dan Indonesia harus bisa berkompentisi. `Kalau kita bisa menghasilkan sesuatu yang baik, Insya Allah kita akan menjadi lebih tahan, baik ketahanan pangan maupun ketahanan energi,` tambah Gumbira.

Sumber: ANTARA
----------------

Mentan: Pedagang picu kenaikan harga beras

KUDUS: Mentan mengatakan kenaikan harga beras medium hingga Rp5.060/kg akhir-akhir ini disebabkan oleh ulah pedagang beras yang memanfaatkan faktor psikologis kenaikan HPP dan mundurnya musim panen raya.

`Para pedagang jangan meman faatkan faktor psikologis kenaikan HPP dan belum ma suknya musim panen raya yang rencananya baru sekitar April-Mei 2010,`ujar Menteri Pertanian Suswono didampingi Menteri Per dagangan Marie Elka Pangestu dan Dirut Bulog, Sutarto Alimoeso dalam acara Panen Perdana Padi Mudim Tanam 2009/2010 di Desa Undaan Tengah, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pekan lalu.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menolak disebutkan ada spekulan beras. Para pedagang hanya memanfaatkan ekspektasi kenaikan harga HPP yang diberlaku kan pemerintah.

Menurut dia, sepanjang kenaikan harga beras di satu daerah belum mencapai 15% dari harga normal, maka belum perlu dilakukan OP. Ambang batas dilaksanakannya OP jika harga beras di satu daerah mencapai 15% hingga 25% dari harga normal.

`Tidak ada spekulan beras.Pedagang hanya meman faatkan ekspektasi kenaikan HPP. Jika terjadi panen raya, harga akan stabil lagi,` ung kapnya.

Namun, kata Mentan, Bulog akan menjalankan operasi pasar. Stok beras di gudang Bulog merupakan beras yang disimpan sejak 7 bulan-1 tahun lalu, sehingga harus dikeluarkan. `Tahun lalu stok beras Bulog mencapai 1,1 juta ton,` ungkapnya.

`Saat ini, stok di Bulog ada 1,7 juta ton, cadangan beras peme rintah 500.000 ton. Jadi, tidak ada masalah dengan produksi,ditambah puncak panen akan dilakukan pada Maret-April 2010,` ujarnya.

Meskipun demikian, peme rintah telah menyiapkan beras cadangan untuk operasi pasar sebesar 200.000 ton. `Sebenarnya tidak perlu lagi operasi pasar. [Lantaran] sampai sekarang belum ada permintaan OP dari sejumlah daerah,` katanya.

Kemudian, dari hasil pengecekan suplai perdagangan beras di Pasar Induk Beras Cipinang berjalan lancar. Begitu juga di Tegal tidak ada kekurangan. `Meskipun ada kenaikan harga beras yang mencapai Rp1.000 per kg.`

Menurut dia masalah bencana banjir yang terjadi di sejumlah daerah jangan ditakutkan karena tidak begitu memengaruhi produksi beras nasional.

Oleh Erwin Tambunan
Sumber: Bisnis Indonesia