Ratusan Karyawan Pabrik Gula Takalar Mogok Kerja
Ketua Serikat Pegawai Kebun Tebu PG Takalar Abdul Hakim Maulana mengatakan, mereka terpaksa mogok karena pembayaran bonus Rp 450.000 Rp 600.000 per orang, belum juga dibayarkan hingga kini.
Yang kami tuntut adalah pembayaran bonus tahun 2002 yang belum dibayarkan hingga kini. Selain itu kami juga menuntut anggaran pakaian dinas yang sudah lima tahun tidak diberikan. Pakaian dinas anggarannya Rp 200.000 setiap tahun, jelasnya. Tuntutan lain yaitu penghargaan bagi karyawan masa kerja 20, 25, dan 30 tahun—biasanya berupa sertifikat dan uang tunai.
Karyawan menuntut penghargaan masa kerja berupa uang mesti dibayarkan tahun ini, bukan tahun 2007 seperti janjinya.
Menanggapi aksi tersebut, pihak manajemen PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV yang mengelola PG Takalar langsung menemui perwakilan karyawan.
Mereka berjanji mau membayarkan bonus yang belum diberikan. Kami menunggu realisasinya, kata Hakim yang bertemu dengan pihak manajemen PTPN XIV.
PG Takalar adalah satu dari tiga pabrik gula di Sulawesi Selatan yang dikelola PT PN XIV. Dua komoditas unggulan PTPN XIV adalah kelapa sawit dan gula, di samping komoditi seperti karet, kakao, dan kelapa. Di delapan provinsi, PTPN XIV hanya mengelola tiga pabrik gula yaitu PG Camming dan PG Bone di Kabupaten Bone dan PG Takalar.
Mati suri
Beberapa tahun terakhir ketiga pabrik gula itu mati suri dan terancam bangkrut karena kesulitan likuiditas, sementara pihak perbankan tidak memberikan pinjaman. Akibatnya peralatan pabrik dan mesin-mesin tua tak bisa diganti. Areal tanam tebu yang lebih dari 15.000 hektar, hanya bisa digarap sekitar 11.000 hektar. Tanaman tebu yang mesti diganti tiap lima tahun baru diganti 10 tahun.
Akibatnya, produksi tiga pabrik gula itu menurun hingga 27.000-30.000 ton padahal 1970-1980-an, ketiga pabrik itu memproduksi sampai 80.000 ton per tahun dan membuat PTPN XIV menjadi pembayar pajak terbesar. Kebutuhan gula Sulsel kini sekitar 120.000 ton setiap tahun.
Untuk mengatasi kesulitan, PTPN XIV dan Perum Bulog bekerja sama mengembalikan produksi ketiga pabrik gula ke posisi puncak. Setidaknya dana Rp 141 miliar disiapkan Perum Bulog sebagai langkah awal, untuk membenahi mesin-mesin yang sudah tua, termasuk mengganti tanaman-tanaman yang sudah tua dan tidak produktif lagi.
Sumber: Kompas