Minamas incar areal di Papua
Sekitar 200.000 hektare (ha) areal di Sorong kini tengah dalam kajian ekonomis yang diharapkan tuntas dalam dua bulan ke depan.
Yahya Bin Arifin, Senior General Manager Minamas Regional Kalimantan-Sulawesi, menyatakan sektor perkebunan yang berkembang pesat memacu perusahaan terus melakukan ekspansi.
`Di Sumatra dan Kalimantan lahan sudah habis. Karena itu, kami akan coba di Papua. Ada 200.000 ha di Sorong yang mungkin dikembangkan untuk sawit,` katanya usai menyerahkan dua unit truk tangki pengangkut CPO sebagai bentuk corporate social responsibility (CSR) anak perusahaannya, PT Indotruba Tengah, pekan lalu.
Selain Minamas, dia mengetahui beberapa perusahaan lain yang juga menjajaki usaha perkebunan di kawasan itu, a.l. Grup Sinar Mas, Bakrie, dan Wilmar. Alasan itu, ujarnya, memastikan Minamas untuk juga menyiapkan ekspansi ke lokasi tersebut.
Kendati lahan yang dibidik itu masih dalam proses pengkajian, Yahya menyatakan perusahaan optimistis dapat memperluas areal perkebunan dengan mendapatkan lokasi-lokasi baru.
Papua, ujarnya, memiliki lahan yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi perkebunan dengan luas areal yang belum dioptimalkan. Dia mengakui infrastruktur dan fasilitas pendukung yang masih minim dimungkinkan menjadi kendala investasi.
`Namun, semua orang [perusahaan perkebunan] sudah mulai mengarah ke sana. Minamas juga harus siap. Jadi sebelum mereka datang, kami sudah siap bangun perkebunan,` sambungnya tanpa menyebutkan komitmen investasi yang disiapkan perusahaan.
Target lahan
Upaya perluasan kebun ke Papua itu, kata Yahya, ditujukan untuk mencapai target pertambahan areal perkebunan Minamas di Indonesia hingga total seluas 400.000 ha pada 2010.
Selain di Papua, lanjutnya, Minamas regional Kalimantan-Sulawesi yang dipimpinnya mematok target perluasan areal perkebunan setidaknya 40.000 ha dalam dua tahun ke depan.
`Yang sudah ada baru 10.000 ha di perkebunan Tamaco [PT Tamaco Graha Krida, yang beroperasi di Ungkaya, Sulteng]. Kami masih dalam proses untuk itu. Sisanya masih kami terus cari,` ujarnya.
Agresivitas Minamas, menurut Yahya, setelah perusahaan ini bergabung dengan Kumpulan Guthrie Berhad dan Sime Darby.
Sumber: Bisnis Indonesia