Produksi karet alam Indonesia naik 3,5 persen
Tetapi peningkatan ini hanya dapat dinikmati setelah 2010 karena periode produksi karet yang lama. Pohon karet menghasilkan latex antara usia 4-7 tahun.
AFS Budiman, Penasehat Institut Riset Karet Indonesia dan manatan sekretaris jenderal International Rubber Study Group (IRSG), memperkirakan produksi Indonesia akan mencapai 2.35 juta ton pada 2006 dan 2.5 juta ton pada 2010, sebelum melompat menjadi 3 juta ton pada 2015 jika program pemerintah berhasil.
Jika harga karet masih tinggi seperti akhir-akhir ini kemungkinan naiknya produksi yang ditargetkan pemerintah Indonesia kemungkinan akan tercapai.
Sejak tahun 2000 produksi karet Indonesia telah naik rata-rata lebih dari 8 persen dalam periode yang sma harga karet telah naik duakali lipat menjadi 10.000 rupiah per kg dari 5.073 rupiah di tahun 2000.
Banmyak kalangan industri memperkirakan harga karet masih akan tinggi hingga decade mendatang karena suplai yang kurang dibandingkan dengan demand yang naik dengan cepat karena naiknya penggunaan kendaraan di pasar-pasar baru dimana penggunaan karet untuk ban mencpai 75% produksi karet alam.
Program akselerasi yang diumumkan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada bulan Juni menargertkan penanaman 500.000 hektar yang akan menghasilkan pada 2010.
Dengan begitu potensi produksi karet Indonesia akan mencapai 3 juta ton pada 2015 dan 4 juta ton pada 2025 atau meningkat 75% kurang dari 20 tahun.
Jika terealisai Indonesia akan mnejadi produsen karet terbesar. IRSG memperkirakan produksi karet alam pada tahun 2005 sebesar 8.821 juta ton.
Program akselerasi akan dimulai pada tahun 2007. pemerintah akan memberikan pinjaman lunak kepada para petani dengan tingkat suku bunga 10%.
Budiman, memperkirakan emerintah Indonesia akan mendapatkan kesulitan untuk menyediakan dana dan perkebunan yang membutuhkan sementara industri kurang memiliki system administrai yang efisien, tidak seperti negara-negara produsen lain.
Factor krusial untuk kesuksesan program ini seperti distribusi bibit masih masih membutuhkan pengawasan yang banyak dan pengembangan managemen bagi para petani kecil juga perbaikan infrastruktur basis di provinsi-provinsi yang menjadi produsen.
Hingga saat ini Indonesia memiliki perkebunan karet terluas, dimana jumlah kebun yang tertanami sebesar 3.279 juta hektar, tetapi produktivitas kurang dibandingkan dengan negara-negara produsen lain.
Sekitar 85% perkebunan karet dikelola oleh para petani kecil. Program ini diharapkan akan memberikan penghasilan kepada para petani kecil menjadi 2000 dolar per tahun dari 1200 dolar pada tahun 2005.
Organisasi karet lain memperkirakan produksi Indonesia akan rendah. LMC International, yang merupakan konsultan riset yang berbasis di London, memprediksi produksi Indonesia menjadi 2,25 juta ton pada 2010 atau 11% dibawah perkiraan Budiman (ana).
Sumber: Reuters