Minyak Naik Menjadi US$74,37 Per barel
Harga minyak menguat 0,8% sebelum dirilisnya laporan pekan ini yang mungkin akan menunjukkan bahwa pabrikan di AS memproduksi lebih banyak bulan lalu. Selain itu, adanya penurunan biaya hidup. Menurut ekonom yang disurvei Bloomberg, kenyataan ini mengindikasikan pemulihan ekonomi yang dipimpin oleh sektor manufaktur tidak memicu inflasi.
`Semuanya mengenai kondisi ekonomi. Sentimen ekonomi akan menjadi pendorong utama pasar dalam kondisi pasar yang bisa diduga,` ujar Chip Hodge yang mengelola portofolio obligasi sumber daya alam sebesar US$9 miliar di MFC Global Investment Manager di Boston.
Harga kontrak minyak mentah untuk pengiriman Juli menguat US$0,59 menjadi US$74,37 per barel di perdagangan elektronik di bursa komoditas New York Mercantile Exchange. Harga kontrak menyentuh level US$74,30 pada pukul 6:38 a.m waktu Singapura. Harga kontrak naik 3,2% pekan lalu dan naik 5,1% dibandingkan tahun lalu.
Menurut 63 ekonom yang disurvei Bloomberg News menjelang dirilisnya laporan Federal Reserve pada 16 Juni, level produksi pabrikan AS, perusahaan tambang dan utilitas, naik untuk kesepuluh kalinya pada Mei dalam 11 bulan.
Survei tersebut juga memprediksikan harga konsumen akan melemah 0,2% pada Mei setelah turun 0,1% pada bulan sebelumnya.
Harga kontrak minyak mentah jenis brent untuk pengiriman Juli menguat 0,4% menjadi US$74,65 per barel pada bursa komoditas berbasis London, ICE Futures Europe Exchange. Harga kontrak menyentuh US$74,63 pada pukul 6:15 a.m waktu Singapura. Harga kontak naik 3,1% pekan lalu.
Dolar AS melemah terhadap euro dari US$1,2112 menjadi US$1,2138 pada 11 Juni di New York. Melemahnya nilai mata uang AS ini mendorong investasi pada komoditas.
Oleh : BloombergSumber : Bisnis Indonesia