KPBN News

Membedah Buku Rhenald Kasali (1). Roda Usaha Stagnan? Jangan Lupakan si Intangibles



Padahal komponen intangibles hampir sama pentingnya dengan aset-aset tangibles. Para entrepeneur atau wirausaha sebaiknya jangan tersesat dalam perangkat tangibles.

Demikian ditulis Rhenald Kasali dalam buku terbarunya yang berjudul 'Myelin, Mobilisasi Intangibles Menjadi Kekuatan Perubahan. Buku ini merupakan rangkaian dari buku tentang perubahan (Change!) yang pernah ditulis Rhenald sebelumnya.

`Semua usaha yang sehat dan kuat selalu memiliki pondasi intangibles yang kuat,` jelas Rhenald mengenai bukunya tersebut saat ditemui detikFinance di Rumah Perubahan, Sabtu (20/3/2010).

Rhenald melihat selama ini orang cenderung untuk mengedepankan pentingnya segala sesuatu secara fisik dan kasat mata yakni komponen tangibles seperti tanah, gedung, bangunan, tambang, hasil hutan, mesin, produk dan kekayaan alam.

`Dengan pandangan ekonomi yang sempit itu kita beranggapan bahwa kita adalah bangsa yang superkaya yaitu kaya oleh warisan alam. Padahal hari ini, bangsa yang kaya bukanlah bangsa yang hidup dari warisan atau memiliki tangible asset melainkan bangsa yang memiliki intangibles,` urai Rhenald.

Kekuatan intangibles inilah yang dibangun oleh bangsa-bangsa dengan cita-cita besar, mereka menciptakan kesejahteraan dengan menggunakan tangan-tangan dunia usaha yaitu powerhouse. Powerhouse ini membangun intangibles, menjadikan dirinya value creator bagi bangsanya.

Rhenald menjelaskan, keberadaan atau ketidakhadiran intangibles memang tidak bisa dilihat namun bisa dirasakan melalui getaran-getaran inovasi atau pergeseran usaha. Intangibles ini terdiri dari dua yakni intangibles internal dan eksternal.

Intangibles internal berada di dalam perusahaan, melekat pada konsumen. Misalnya saja keterampilan, disiplin, budaya perusahaan, pengetahuan, teknologi, inovasi dan daya juang. Sedangkan intangibles eksternal berada di luar, melekat pada konsumen dan stakeholder lainnya.

Intangibles memiliki karakteristik:

Tidak mudah diperoleh dalam tempo singkat
Sekali diperoleh dapat terus dikembangkan dalam area-area baru
Melekat pada manusia (karyawan dan pelanggan)
Tidak dapat begitu saja dibajak atau dirampas melalui pembajakan karyawan
Memerlukan channel informasi dengan bahasa yang dipahami bersama orang-orang dalam perusahaan.

Rhenald melihat, intangibles tidak mudah diperoleh dalam tempo yang singkat. Ia pun mengambil contoh taksi Blue Bird Group (BBG) yang memulainya sejak awal tahun 1960-an. Perusahaan taksi yang dirintis oleh dua jebolan FKUI ini kini menjadi salah satu perusahaan transportasi terbesar karena menanamkan nilai-nilai kekeluargaan, kerja keras, kejujuran dan kedisiplinan.

Di BBG, pengemudi dilatih dengan keras agar tidak merugikan pelanggan, disiplin dan mengutamakan pelayanan. BBG berprinsip, kejujuran adalah sebuah kunci kesuksesan. Dengan prinsip tersebut, BBG kini tumbuh menjadi salah satu perusahaan transportasi terbesar di Asia Tenggara dengan sekitar 17.000 armada.

`Yang dibangun oleh BBG adalah sebuah intangibles yaitu sesuatu yang melekat secara utuh yang membutuhkan waktu lama untuk menghasilkan reputasi dan tak mudah dijiplak atau dikalahkan pesaing. Mereka membentuk intangibles dalam bentuk tata nilai (disiplin, kerja keras, jujur dan bertanggung jawab), brand image dan relationship melalui pendekatan personal dan teknologi,` urai Rhenald.

Komponen intangibles juga tidak perlu khawatir akan dirampas melalui pembajakan karyawan. Bagaimana jika terjadi 'bedol desa' yakni karyawan ramai-ramai pindah ke perusahaan pesaing?

Rhenald menjelaskan, hukum intangibles mengatakan, seseorang bisa saja merampas sebagian harta nirwujud Anda, tetapi mereka tidak bisa meraihnya dalam tempo sekejab semata-mata dengan membajak. Keterampilan bisa mereka rebut, tetapi team work, leadership, kepercayaan dan brand image mungkin tidak bisa.

Tapi tentu saja, intangibles yang membentuk kekuatan perubahan itu tidak akan hadir sendiri. Ia hadir melalui pertumbuhan Myelin yang selalu diasah.

Apa kekuatan Myelin? Kita akan bahas pada tulisan selanjutnya

Oleh : Nurul Qomariyah
Sumber : detik Finance