Koperasi Bojonegoro Gandeng Perusahaan Multinasional
Ketua Koperasi Kareb Bojonegoro Sriadi Purnomo mengatakan peluang bisnis redrying maupun thresing cukup luas, mengingat masih banyaknya pengoperasian perusahaan tembakau maupun rokok/cerutu di berbagai negara.
”Kami sejauh ini telah bermitra dengan sejumlah perusahaan skala besar seperti PT HM Sampoerna serta PT BAT Indonesia, dan kini siap bermitra lagi dengan pelaku usaha tingkat internasional lainnya sebab fasilitas kami cukup mendukung peningkatan volume redrying maupun thresing,” ujarnya dalam kunjungan kerja Menteri Koperasi & UKM Syarifuddin Hasan ke Koperasi Kareb, kemarin.
Menurut Sriadi, koperasinya mengelola 3 unit redrying berkapasitas total 4,5 ton per jam serta unit thresing 5 ton per jam. Melalui proses pengeringan, tembakau bisa mendapatkan kadar air yang tepat, mematikan lasioderma, meningkatkan aroma serta aman dalam penyimpanan jangka panjang. Jasa lainnya adalah fumigasi yang dilakukan terhadap tembakau sebelum diekspor.
Unit redrying di Bojonegoro itu semula didirikan Perum Pengeringan Tembakau Bojonegoro (PTB) milik Departemen Perindustrian pada 1970, kemudian diambil alih oleh Koperasi Kareb pada 1995. Koperasi tersebut semula merupakan koperasi karyawan Perum PTB yang kini beranggotakan 405 orang.
Selain menangani kegiatan redrying dan thresing dengan menyerap 3.500 tenaga kerja, Koperasi Kareb juga menjalin kerja sama produksi sigaret kretek tangan (SKT) dengan HM Sampoerna yang mempekerjakan 1.800 orang.
Sriadi tidak merinci berapa ton volume tembakau yang dikeringkan dan dipisahkan gagangnya serta nilai pendapatan yang direalisasikan koperasinya pada 2010. Namun, disebutkan bahwa Koperasi Kareb pada 2009 membukukan sisa hasil usaha (SHU) senilai Rp2 miliar lebih, sesudah pada 2008 merealisasikan SHU Rp2,5miliar.
Menteri Koperasi & UKM Syarifuddin Hasan menilai Koperasi Kareb dapat dijadikan sebagai contoh keberhasilan lembaga perkoperasian berskala nasional.
Namun, lanjut dia, koperasi tersebut perlu meningkatkan fokus terhadap bisnis inti di bidang pertembakauan mencakup pengeringan serta kemitraan di bidang produksi SKT, karena bisnis inti itu masih cukup prospektif.
”Koperasi perlu berhati-hati dalam melakukan diversifikasi usaha agar tidak mengganggu bisnis inti. Selain itu, koperasi jangan terlalu berorientasi memperoleh gain tapi harus mampu menyerahterakan semua anggota serta masyarakat sekeliling,” tuturnya.
Oleh : Sriadi Purnomo, (Ket. Kop. Kareb Bojonegoro).Sumbe : Bisnis