Indonesia mulai ekspor ikan ke Timteng. Iran butuh pasokan besar dari Indonesia
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Martani Huseini menuturkan ekspor perdana ke Iran berupa pre-cooked tuna ini merupakan bagian program diversifikasi hasil perikanan ke Timur Tengah.
`Sebenarnya mereka berkeinginan ekspor tuna dalam bentuk gelondongan, tetapi hal tersebut tidak bisa karena dilarang,` tuturnya di sela-sela menghadiri pelepasan ekspor produk perikanan Indonesia ke Timur Tengah di Surabaya kemarin.
Selain itu, tambahnya, jika diimpor secara gelondongan tidak akan ada nilai tambah di dalam negeri.
Berdasarkan data P2HP saat ini terdapat 25 buah unit pengolahan ikan (UPI) yang ekspor ke Timur Tengah. Jenis produk yang diekspor.
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menuturkan peluang untuk meningkatkan ekspor ke Timteng masih tinggi. `Kami berupaya untuk memperluas akses pasar baik domestik maupun luar negeri,` ujarnya.
Hal ini untuk mendukung strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia pada 2015.
`Mengapa dipilih Timur Tengah? Karena wilayah ini dan Afrika sangat potensial sebagai pasar baru di luar pasar tradisional,` ujarnya.
Selama ini pasar tradisional untuk produk ekspor hasil perikanan adalah Amerika, Eropa, dan Jepang. Pasar tradisional ini mencapai 70%.
Sementara itu, negara anggota Asean mencapai 12%, negara di Asia Timur seperti China, Korea Selatan, dan Taiwan mencapai 11%. Adapun, sisanya merupakan pasar ke Afrika, Amerika Latin, eks Eropa Timur dan Timur Tengah.
Produk perikanan Indonesia yang diekspor ke Timteng a.l. Tuna beku, tuna kaleng,bandeng beku, cumi-cumi, dan udang.
Managing Director Behsidan Protein Product-importir Iran-Ehsan Hosseini menuturkan impor ini diharapkan akan terus dilakukan. `Kami membutuhkan pasokan yang sangat besar dari Indonesia,` katanya.
Presdir Pasific Harvest Aminoto sebagai eksportir mengharapkan ekspor ke Iran ditargetkan mencapai 30 hingga 40 kontainer sekali pengiriman. `Ini kontrak jangka panjang,` ujarnya.
Direktur Pemasaran Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut P. Hutagalung menyatakan di Timur Tengah ada dua negara yang dijadikan pintu masuk pemasaran produk asal Indonesia yakni Dubai dan Iran.
`Dubai diharapkan sebagai penghubung untuk menyebarkan produk perikanan. Begitu pula dengan Iran,` katanya.
Selain itu Indonesia juga menggunakan ajang forum Developing 8 yang terdiri dari delapan negara yakni Indonesia, Nigeria, Mesir, Malaysia, Bangladesh, Turki, Iran, dan Pakistan.
Pada sidang D-8 yang akan diselenggarakan di Mesir pada tahun ini, delegasi Indonesia akan mempresentasikan proposal yang mengusulkan peningkatan perdagangan antarnegara.
`Proposal kedua adalah harmonisasi sistem jaminan kualitas dan keamanan dari produk perikanan dan kelautan,` katanya.
Baru-baru ini, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Martani Husein melakukan kunjungan dan pertemuan ke berbagai pusat pemasaran hasil perikanan Timur Tengah, yakni di Abu Dhabi, Dubai, Ajman dan Sharjah.
Peluang pasar produk perikanan Indonesia, di UEA adalah sebagai jembatan penghubung kegiatan perdagangan dan jasa keuangan untuk wilayah Timur Tengah.
Distribusi barang
Infrastruktur tersedia, terutama di Dubai, baik lintasan udara maupun laut internasional dari Indonesia serta dari Dubai ke negara lain di Timur Tengah dan Afrika.
Dengan demikian, UEA dapat dijadikan simpul distribusi barang dan jasa ke Wilayah Timur Tengah, Eropa dan Afrika, baik produk perikanan maupun produk lainnya.
Income perkapita masyarakat UEA yang tinggi telah mendorong kebutuhan impor terhadap ikan olahan dan ikan hias.
Kebutuhan tersebut lebih meningkat dengan adanya kebutuhan para wisatawan, haji dan umrah. Hasil perikanan bagi UEA selama ini dipasok dari Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan sebagian kecil dari Indonesia.
Adapun, produk ikan segar disuplai terutama dari Oman, dan produk ikan asin dipasok dari India, Pakistan, dan Banglades. Ikan hias laut asal Indonesia, telah menghiasi akuarium laut terbesar di Dubai Mall dan Hotel Atlantis, Dubai.
Peritel ikan segar, seperti Carrefour dan Lulu Supermarket yang bermarkas di Abu Dhabi, berkeinginan besar untuk mendatangkan ikan kerapu hidup dari Indonesia.
`Namun, terkendala oleh kargo pesawat. Supermarket yang terbaru di UEA ini memiliki outlet di wilayah Timur Tengah,` ujar Martani.
Oleh Diena Lestari (diena.lestari@bisnis.co.id)
Sumber : Bisnis Indonesia
------------------------
Menteri Kelautan Keluhkan Diskriminasi Pihak Pelabuhan
Senin, 18 Januari 2010 18:34 WIB
Surabaya (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengeluhkan sikap diskriminatif pihak pengelola pelabuhan di Indonesia terhadap produk perikanan dan kelautan yang akan diekspor.
`Pelabuahn di Indonesia sangat tidak adil terhadap produk basah. Kalau produk industri basah, seperti perikanan ini mereka memprosesnya lebih lama,` katanya di Surabaya, Senin.
Menurut dia, kalau produk perikanan terlalu lama di pelabuhan, maka pengusaha mengalami kerugian yang cukup besar.
`Kadang-kadang, tambahnya, di pelabuhan bisa mencapai dua hingga tiga minggu, padahal 24 jam saja produknya sudah rusak. Banyak yang komplain kepada saya,` ujarnya.
`Untuk itu saya akan melaporkan masalah ini kepada Presiden,` katanya saat ditemui di sela-sela pelepasan ekspor ikan dan hasil laut ke Timur Tengah dan Afrika di kawasan pergudangan Margomulyo, Surabaya.
Di bidang sertifikasi untuk mendukung peningkatan ekspor, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah melakukan banyak perubahan.
`Sejak 2008 penerbitan sertifikat kesehatan (HC) berbasis `In Process Inspection` sejumlah daerah sudah bisa melakukan efisiensi pengurusan dari 10 hari menjadi satu hari,` kata Fadel.
Efisiensi pengurusan sertifikat kesehatan itu sudah dilakukan di DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Lampung.
`Artinya, program ini telah memberikan manfaat secara ekonomi terhadap para eksportir produk perikanan berupa percepatan modal kerja dan penghematan waktu penggunaan kontainer di pelabuhan sehingga berdampak pada efisiensi biaya sewa,` kata mantan Gubernur Gorontalo itu.
Oleh sebab itu, dia meminta dukungan pihak pelabuhan dan kepabeanan agar turut mempercepat proses pengurusan ekspor produk perikanan dan kelautan.
Apalagi, tambahnya, pada 2015 Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mencanangkan target Indonesia sebagai negara produsen perikanan terbesar di dunia.
Sumber : ANTARA
-----------------
Senin, 18 Januari 2010
China Bukan Ancaman Buat Sektor Perikanan dan Kelautan Indonesia
SURABAYA. Di laut kita jaya. Jika sektor industri lain keberatan perjanjian perdagangan bebas (FTA) ASEAN-China, maka sektor kelautan dan perikanan Indonesia justru tidak khawatir. Soalnya, China diperkirakan tidak akan menjadi ancaman di sektor perikanan dan kelautan.
Hal itu terbukti, neraca perdagangan Indonesia dengan China di untuk produk perikanan masih surplus. `Ekspor produk perikanan kita ke China per tahun sekitar US$ 100 juta, sedangkan impornya hanya US$ 25-US$ 26 juta, itu angka yang masih wajar,` ungkap Direktur Pemasaran Luar Negeri Departemen Kelautan dan Perikanan Saud P. Hutagalung.
Dengan adanya FTA bisa dikatakan Indonesia diuntungkan, pasalnya dengan tarif 0% Indonesia dapat dengan leluasa untuk meningkatkan porsi ekspor ke China dan negara-negara ASEAN. `Untuk meningkatkan daya saing produk-produk perikanan nasional, kita telah membuat ketentuan terkait peningkatan kualitas mutu produk perikanan,` katanya.
Sumbe : KONTAN