Pengawasan impor kopi diperketat
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Diah Maulida mengatakan dalam beberapa bulan terakhir ada impor kopi dari Vietnam untuk kebutuhan industri kaf‚ dan restoran, tapi volumenya bisa diketahui.
`Kami menunggu data impor kopi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Tapi kami tetap awasi dengan ketat. Kami tidak mau soal impor kopi ini akan seperti udang atau tekstil yang direekspor,` katanya di sela-sela peninjauan pabrik pengolahan kopi dan kakao di Bandar Lampung, akhir pekan lalu.
Diah mengakui perkembangan industri kaf‚ dan resto minum kopi di Indonesia yang pesat memang membutuhkan beberapa jenis kopi impor, seperti dari Kolombia, Meksiko dan Vietnam. `Tapi mestinya hanya sedikit karena hanya untuk blending.`
Oleh sebab itu, katanya, pemerintah akan mengawasi secara ketat impor kopi dari Vietnam dan penerbitan SKA komoditas itu dari Indonesia.
Moenardji Soedargo, Ketua Kompartemen Pembinaan Industri Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), mengatakan permintaan kopi untuk konsumsi di dalam negeri ini saat ini tinggi, bahkan tumbuh sekitar 5%.
Dia menambahkan konsumsi kopi domestik mencapai rata-rata 150.000 ton per tahun, sedangkan produksi tetap sekitar 450.000 ton, sehingga untuk kebutuhan ekspor berkurang menjadi 300.000 ton.
Padahal, permintaan kopi di pasar dunia juga tumbuh 5% dan pasokan dari negara produsen lain relatif tetap, sehingga hal ini menyulitkan kalangan pengekspor kopi.
`Pertumbuhan pasar di emerging market, terutama China, India, Eropa Timur dan Indonesia terdorong perkembangan cake dan kedai kopi yang pesat,` katanya.
Menurut seorang pengusaha kopi di Bandar Lampung, impor kopi dari Vietnam itu terpaksa dilakukan karena terikat kontrak dengan pembeli di mancanegara, di saat pasokan dari dalam negeri tidak ada.
`Dari pada image eksportir Indonesia jelek karena tidak bisa memenuhi kontrak dagangnya terpaksa dicampur dengan kopi Vietnam.`
Namun, jelas Munarji, pemerintah tidak perlu terlalu khawatir karena kualitas kopi Vietnam tidak sebagus Indonesia dan bentuk bijinya juga lebih kecil. `Tapi produksi kopi negara itu hampir dua kali lipat Indonesia.`
Menanggapi hal itu, Menteri Perdagangan Mari E. Pangestu mengatakan situasi itu hanya sementara, karena produksi kopi Indonesia relatif stagnan akibat kemarau panjang tahun lalu, di tengah tingginya permintaan mancanegara.
Oleh sebab itu, peningkatan produksi kopi sangat penting karena konsumsi dalam negeri dan dunia meningkat pesat. `Tetapi Indonesia jangan tinggalkan industri primer yang jadi andalan ekspor, meskipun kita akan kembangkan industri hilir.`
Sumber: Bisnis Indonesia