Produksi Karet Rakyat Turun Diperkirakan Baru Normal pada November Mendatang
Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, memiliki perkebunan karet rakyat seluas lebih kurang 37.000 hektar. Hari Rabu (30/8) kemarin Kompas menyaksikan kekeringan di daerah itu terjadi di Kecamatan Halong, Juai, dan Paringin. Sebagian besar perkebunan karet petani di wilayah itu meranggas: daun pohon karet menguning dan berguguran. Saat disadap getah karet menetes sangat lamban.
Beberapa petani di Halong dan Juai mengungkapkan, biasanya mereka bisa menghasilkan 15 kilogram per hektar setiap harinya. Kini hanya 10-12 kg per hektar.
Sebagian petani memilih cara yang cepat untuk menjual karet, yaitu dalam bentuk lump atau karet beku yang masih basah. Untuk mempercepat penggumpalan, mereka menggunakan cairan pupuk TSP.
Kompas menyaksikan beberapa lump juga dicampur dengan serpihan kulit kayu agar berat tiap gumpalan karet bertambah. Namun, para pedagang pengumpul tetap membeli jenis karet tersebut dengan harga murah karena kualitasnya dinilai jelek.
Menurut Amrullah, petani di Juai, harga lump berkualitas bagus Rp 6.000 per kg, sedangkan yang berkualitas buruk Rp 4.000 per kg. `Yang jelas, makin baik mutunya semakin mahal nilai jualnya. Tetapi sekarang produksi karet sadapan menurun, sementara kualitas hasil olah karetnya juga kurang baik,` kata Mansyur, pedagang pengumpul di Pasar Karet Mingguan di Paringin.
Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan Haryono mengatakan, kekeringan yang melanda perkebunan karet tidak perlu dikhawatirkan. Saat kemarau, tanaman karet mengatur ketersediaan air dengan meluruhkan daunnya sehingga terlihat meranggas. `Yang penting, petani sekarang menjaga kebunnya dari bahaya api,` katanya.
Menurut Haryono, perkembangan tanaman karet di Kalimantan Selatan meningkat dalam lima tahun terakhir sejak tahun 2001. Pada tahun 2001, misalnya, luas areal 156.608 hektar dengan produksi 89.300,21 ton karet kering atau produktivitas rata-rata mencapai 570,21 kilogram per hektar per tahun. Pada tahun 2006 luas perkebunan 173.356 hektar atau meningkat 16.648 hektar dengan produksi 97.886,31 ton karet kering. Tingkat produktivitasnya 973,8 kilogram per hektar per tahun.
Karet di Sumsel
Di Sumatera Selatan (Sumsel), produksi tanaman karet, terutama jenis GT-1 yang banyak ditanam petani, menurun 30 persen pada musim kemarau ini. Kepala Dinas Perkebunan Sumsel Syamuil Chatib, Rabu di Palembang, mengatakan, satu batang karet jenis GT-1 rata-rata menghasilkan 300 gram getah karet kering per bulan. Saat mengalami gugur daun pada musim kemarau, satu batang karet hanya mengeluarkan getah sekitar 90 gram per bulan.
Namun, gugur daun itu biasanya hanya berlangsung satu bulan, yaitu pada Juli-Agustus.
`Penurunan produksi karena merupakan siklus tahunan. Tidak semua jenis karet mengalami masa gugur. Tanaman karet jenis generasi baru klon G-4, TR-100, dan IRR tetap berproduksi normal saat kemarau,` kata Syamuil.
Junial Komar, pengusaha karet di Muara Enim, mengaku produksi karet miliknya merosot sejak Juni lalu dan diperkirakan baru normal kembali November. Satu hektar karet biasanya menghasilkan 300 kg getah karet kering per bulan. Pada musim kemarau ini, getahnya tinggal 100 kg per bulan.
Sumber: Kompas