KPBN News

PPKS jual varietas sawit PPKS 540



Peminat varietas ini cukup banyak karena diklaim memiliki rendemen dan berat tandan buah segar (TBS) jauh lebih besar dari varietas yang sudah diproduksi selama ini.

Direktur PPKS Medan Witjaksana Darmosaskoro mengatakan kedua varietas tersebut sudah dipesan habis para pekebun karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan varietas produksi PPKS lainnya.

Dia menjelaskan PPKS 540 mampu menghasilkan rendemen minyak crude palm oil (CPO) 32%, sementara varietas lainnya hanya 25%. Dari segi berat (bobot) TBS, PPKS 540 hanya 25 kg per tandan. PPKS 540 unggul dalam produktivitas minyak yang dihasilkan dengan rendemen di laboratorium 32%, sedangkan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) riilnya mencapai 27,5%.

`PPKS 718 sendiri memiliki bobot TBS sampai 60 kg satu tandan. Bobot tandannya lebih berat 10 kg dibandingkan varietas lain yang diproduksi PPKS Medan. Semakin tua umur tanaman PPKS 718 maka berat TBS yang dihasilkan semakin besar hingga mencapai 70 kg per tandan.`

Dari sisi rendemen, tuturnya, PPKS 718 hanya mampu menghasilkan minyak kelapa sawit mentah riil di PKS sebesar 24%. Pada Maret 2008, kata dia, PPKS sudah mulai menjual varietas unggulan ini.

`Masalahnya pohon induk kedua jenis bibit ini masih terbatas. Varietas jenis 540 baru mampu dihasilkan PPKS 2 juta kecambah per tahun, sedangkan PPKS 718 1 juta kecambah.''

3 Juta butir

Menurut dia, saat ini sudah ada pekebun yang memesan kedua jenis kecambah itu sebanyak 3 juta butir. Karena kapasitas produksi terbatas terpaksa antrean untuk mendapatkan bibit unggulan PPKS Medan tersebut.

Sementara itu, tuturnya, setiap tahun PPKS mampu menghasilkan bibit kelapa sawit sebesar 40 juta kecambah dengan puluhan jenis varietas yang dikembangkan.

Sementara itu, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) menjalin kerja sama dengan Nestle, Prancis dengan mengembangkan sometik embrio genesis kakao untuk mengatasi kelangkaan bibit kakao di Indonesia.

Direktur Eksekutif LRPI Didik Hajar Gunadi membenarkan lembaga riset yang dipimpinnya sudah menjalin kerja sama dengan Nestle (Prancis) mengembangkan sometik embrio genesis kakao sebagai cikal bakal bibit kakao berkualitas di Indonesia.

`Kerja sama ini untuk mengatasi kelangkaan bibit kakao di Indonesia. Saat ini kapasitas lembaga penelitian kakao Indonesia untuk menghasilkan bibit hanya 30 juta ton per tahun,` ujarnya kepada Bisnis di Medan kemarin.

Menurut dia, Indonesia kekurangan bibit kakao setiap tahun sekitar 60 juta pokok. Karena itu, lanjutnya, LRPI melakukan terobosan dengan menjalin kerja sama dengan Nestle.

Sumber: Bisnis Indonesia