KPBN News

20,1 Juta bibit kakao dikloning Empat laboratorium penelitian dibangun



Sementara itu, empat laboratorium baru senilai Rp21 miliar segera dibangun di Sulawesi untuk mendukung teknologi penggandaan bibit unggul tersebut, sebagai pendukung Gerakan Nasional Kakao.

Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) Teguh Wahyudi mengatakan melalui proses pembibitan sepanjang tahun lalu, pihaknya baru bisa menyebarkan sedikitnya 1.000 bibit yang dikembangkan dengan teknologi somatic embryogenesis (SE) itu.


Namun untuk tahun ini, kata Teguh, penyediaan tanaman kakao unggul ini sudah dalam tahap perbanyakan secara klonal sehingga bisa diproduksi secara massal, di atas lahan selulas 150 hektare di Jember.

Menurut dia, untuk tahap pertama Puslitkoka baru bisa memenuhi permintaan 20 juta, karena keterbatasan kapasitas laboratorium, sehingga hanya cukup untuk mendukung program Gerakan Nasional Kakao.

`Setidaknya sampai 2010 kemungkinan besar kami baru bisa mendistribusikan bibit kakao unggul hasil kloning dari Prancis ini secara komersial,` ujar Teguh di sela-sela sosialisasi dan kunjungan kerja Dirjen Perkebunan ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jenggawah, Jember.

Menurut dia, sudah banyak permintaan atas bibit kakao unggul itu datang dari kalangan pemerintah daerah maupun swasta. Dia menjelaskan pula bahwa penyediaan bibit dengan transfer teknologi SE ini difasilitasi secara gratis oleh Nestle.

Meski demikian, hasil penelitian tetap milik pemerintah yang diperuntukkan bagi masyarakat luas, tidak ada perjanjian sepihak dengan Nestle.

`Deptan yang mengajukan kerja sama kepada Nestle, dan perusahaan tersebut juga tidak mengenakan royalti,` jelas Teguh.

Puslitkoka, katanya, memperkirakan pada pertengahan tahun ini bibit unggul itu sudah dapat didistribusikan ke empat provinsi di Sulawesi, sebagai penyebaran tahap pertama untuk segera ditangkarkan oleh petani setempat.

Dalam masa penangkaran tim peneliti dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao akan mendampingi, dan sebelumnya lembaga ini akan lebih dahulu mempersiapkan pelatihan kepada petani. Sebagaimana diketahui gerakan kakao nasional itu akan langsung melibatkan petani.

Laboratorium Rp21 miliar

Dirjen Perkebunan Deptan Achmad Manggabarani menyebutkan gerakan tersebut akan diikuti dengan pembangunan empat laboratorium penelitian sebagai bagian dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember.

`Enpat lab yang akan dibangun tahun ini juga itu tersebar di empat provinsi yakni Sulsel, Sulbar, Sultra dan Sulteng,` paparnya di Jember.

Pemerintah, kata dia, telah menyiapkan dana sekitar Rp21 miliar untuk mewujudkan laboratorium tersebut, dengan harapan nantinya penyediaan bibit kakao unggul dengan teknologi SE tidak harus didatangkan dari Jember.

Untuk saat ini di Jember baru satu-satunya yang memiliki hak paten tentang produksi benih bersangkutan.

Departemen Pertanian menentukan 40 kabupaten sentra penghasil kakao di sembilan provinsi di dalam negeri sebagai sasaran lokasi utama pelaksanaan gerakan nasional peningkatan produksi dan mutu komoditas itu.

Sejumlah kabupaten dengan total luas areal 450.000 hektare itu akan dioptimalkan untuk mendongkrak produksi kakao dengan kualitas yang lebih baik.
Sumber: Bisnis Indonesia