PERKEBUNAN SAWIT: Alih fungsi karet PTPN VIII Jalan Terus
“Sebagai perusahaan profesional berplat merah, kami dituntut untuk mendapatkan profit. Sejauh ini, kelapa sawit menjadi salah satu komoditas yang paling menguntungkan,” ujar Humas PTPTN VIII Lilik Arifin, Rabu (18/10/2012).
Sebelumnya, anggota Komisi IX DPR RI Rieke Diah Pitaloka mengatakan pihaknya mendengar selain PTPN VII sejumlah perusahaan swasta sudah mengincar lahan di Indramayu, Bogor dan Garut untuk dijadikan lahan kebun sawit.
“Pengembangan sawit di Jabar harus dipertimbangkan kembali. Ini bisa merugikan banyak hal,” katanya kepada bisnis di Bandung, Rabu (17/10/2012).
`Tanaman karet yang dikelola PTPN VIII seluas 25.536 ha tersebar di 14 kebun. Jumlah pabrik yang menghasilkan RSS [Ribbed Smoke Sheets] ada 13 pabrik dengan 2 TPC [Thin Pale Crepe], 3 concentrated latex, dengan kapasitas terpasang 35.750 ton,` katanya.
Seluruh hasil produksi karet dipasarkan di dalam negeri 80%, sedangkan 20% diekspor ke Asia, Eropa dan Amerika. Sebelum dijual, CPO tersebut harus melalui proses lelang dan dijual ke sejumlah wilayah dalam dan luar negeri.
Dia menyebutkan pengembangan kelapa sawit dilakukan di Kabupaten Lebak dan Bogor seperti perkebunan Bojong Datar, Cikasungka, Tambaksari, Cisalaak Baru, dan Kertajaya seluas 18.843,63 ha. Kelapa sawit ini dijual dalam bentuk CPO dan Kernel untuk kepentingan dalam negeri.
“Pada prinsipnya, mana yang cocok secara bisnis dan dianggap komersial oleh para pemegang saham, maka alih fungsi tanaman bisa dilakukan,` katanya.
Lilik menambahkan, PTPN VIII sebagai perusahaan tentu yang dikejar adalah komoditas yang menguntungkan. Untuk itu, berbagai terobosan terus akan dilakukan untuk pengembangan komoditas tersebut. (K57/K6/msb)
Oleh : Lilik Arifin, Humas PTPTN VIIISumber : bisnis.comhttp://www.bisnis.com/articles/perkebunan-sawit-alih-fungsi-karet-ptpn-viii-jalan-terus +++++++++++++++++++++++++++++
PERKEBUNAN SAWIT: Persediaan air di Jabar digerus
Rabu, 17 Oktober 2012 | 16:58 WIB
BANDUNG—Perkebunan kelapa sawit –yang mengganti lahan perkebunan karet-- di sejumlah daerah di Jawa Barat akan menggerus ketersediaan air dan tanaman lokal.
Anggota Komisi IX DPR RI Rieke Diah Pitaloka mengatakan pihaknya mendengar selain PTPN VII sejumlah perusahaan swasta sudah mengincar lahan di Indramayu, Bogor dan Garut untuk dijadikan lahan kebun sawit.
“Pengembangan sawit di Jabar harus dipertimbangkan kembali. Ini bisa merugikan banyak hal,” katanya kepada bisnis di Bandung, Rabu (17/10/2012).
Menurut Rieke, pihak pemerintah daerah harus mempertahankan dan mengembangkan perkebunan lama seperti teh, karet atau tembakau. Sawit dinilai Rieke tidak tepat dikembangkan di Jabar.
“Sawit itu berat, karena menyerap air yang luar biasa. Tanaman di sekitar sawit akan sulit tumbuh, tumpang sari pun susah,” katanya.
Selain itu sawit juga berbahaya karena mempengaruhi ekosistem serta mematikan anak-anak sungai.
“Jabar itu signifikan untuk perkebunan. Banyak perkebunan milik masyarakat. Saya khawatir nanti akan ada rebutan air dengan perkebunan sawit,” katanya.
Terlebih jika perusahaan-perusahaan swasta jadi menanamkan modal untuk perkebunan sawit ini akan makin merusak kondisi tanah perkebunan di Jabar.
Rieke juga menilai pengembangan kelapa sawit yang dilakukan PTPN VIII di Kabupaten Lebak dan Bogor seperti perkebunan Bojong Datar, Cikasungka, Tambaksari, Cisalaak Baru, dan Kertajaya seluas 18.843,63 ha memancing pemerintah daerah untuk mengalihfungsikan lahan menjadi sawit.
“[Sawit] Ini bukan sekedar hitung untung rugi, kalkulasi angka, ada alam yg dipertaruhkan sebagai dampak dari kerusakan ekologi jangka panjang,” katanya.
Rieke juga menduga hasil sawit dari Jabar tidak akan diserap dalam negeri melainkan dijual ke luar negeri. PTPN VIII menurut Rieke mestinya melakukan peremajaan terhadap karet bukan menggantinya dengan sawit.
Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP ini menyarankan dibandingkan dengan memikirkan mencari untung dengan menanam sawit, Pemprov Jabar mesti didorong menjadi pusat komoditas pangan tropis, buah-buahan dan sayuran.
“Jabar bisa menjadi laboratorium swasembada pangan tropis karena varietas bibitnya sangat luar biasa,” katanya.
Adapun soal sawit, perkebunan tersebut lebih baik hanya ada di Kalimantan dan Sumatra. Jabar, katanya, sebaiknya segera mengembangkan komoditas pertanian [non sawit] dan perkebunan per kluster, agar pengembangannya lebih fokus. (Foto:Bisnis)(K57/K6/msb)
Oleh : Lilik Arifin, Humas PTPTN VIIISumber : bisnis.comhttp://www.bisnis.com/articles/perkebunan-sawit-persediaan-air-di-jabar-digerus